Menu

Jumat, 16 November 2018

MEMBERIKAN REWARD DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 173394 DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran setiap siswa pasti mempunyai motovasi untuk belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar yang dapat mendorong siswa agar mau belajar. Motivasi Belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dimana dorongan internal dalam diri siswa sendiri yaitu keinginan berhasil untuk belajar dan kebutuhan akan cita-cita, sedangkan eksternal berasal dari luar siswa yaitu adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam lingkup yang lebih sempit yaitu proses pembelajaran di dalam kelas dalam suatu sekolah. Artinya bahwa proses pembelajaran di dalam kelas juga merupakan sebuah sistem. Proses pembelajaran di dalam kelas sebagai sebuah sistem mempunyai banyak komponen antara lain: guru, siswa, tujuan, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi dan lain-lain.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003, yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab. Oleh karena itu, pemerintah melakukan pemerataan dan peningkatan pendidikan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai secara merata.
Dalam suatu lembaga pendidikan khususnya sekolah, agar tercapai tujuan harus ada kerja sama yang baik antar anggotanya. Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, antara siswa dan guru haruslah bekerja sama supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasilnya memuaskan.
Namun kenyataan yang ada di lapangan sekarang ini menunjukkan semakin merosotnya keinginan untuk belajar di kalangan siswa. Hal ini menimbulkan permasalahan di kalangan guru. Suatu indikator dari penurunan belajara siswa antara lain:
1.      Rasa malas atau ketidakmauan untuk belajar
2.      Frekuensi belajar yang semakin rendah (jarang)
3.         Tidak adanya komitmen untuk memenuhi tugas-tugas sekolah
4.         Semakin merosotnya hasil belajar yang di dapat
Guru memiliki peran yang penting dalam proses belajar di sekolah. Guru memiliki peran ganda dalam proses pembelajaran yaitu menyampaikan materi pelajaran dan sebagai manager dalam pengelolaan kelas. Tugas sebagai penyampai materi pelajaran bagi guru tentu bukan hal yang sulit karena guru sudah menempuh pendidikan yang tinggi dan juga sudah membuat perencanaan pembelajaran sebelumnya. Namun untuk menjadi seorang manager atau pengelola kelas yang baik, belum semua guru mampu melaksanakannya.
            Pada bagian awal sudah dikemukakan adanya gejala-gejala suasana kelas yang kurang kondusif kerena penurunan belajar siswa. Untuk itu kiranya menjadi hal yang perlu diperhatikan guru yaitu seorang guru harus  mampu membangkitkan kembali keinginan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
            Pemberian rangsangan dari guru seperti diberi pujian atau diberi hadiah akan sangat mempengaruhi keinginan belajar siswa dan diharapkan dalam diri siswa akan tumbuh keinginan belajar baik dalam mengerjakan tugas maupun berkompetisi dengan teman sehingga pembelajaran menjadi aktif dan siswa juga semangat menerima pelajaran.
Prinsip pujian dan imbalan menegaskan bahwa manusia secara universal terdorong untuk melakukan sesuatu karena imbalan. Kemampuan reward atau imbalan, baik dalam perilaku binatang maupun manusia sudah terbukti, sebagai contoh seekor lumba-lumba atau anjing yang cerdik dalam sirkus mau melakukan perintah dari pawangnya karena adanya imbalan, yaitu makanan. Guru seringkali lupa akan hal ini sehingga mereka kebanyakan kikir untuk memberikan reward dalam bentuk pujian kepada anak-anak yang sebenarnya pada konteks -konteks tertentu diperlukan. Bahkan sebaliknya, kebanyakan guru-guru cenderung lebih banyak mengatur dan memarahi ketimbang member pujian tatkala siswa bisa menunjukkan kemampuan.
Karena masalah ini menyangkut suatu komunitas kelas, guru harus mempertimbangkan berbagai hal dalam mengambil suatu tindakan. Tindakan yang diambil guru sebaiknya mampu emberikan dampak yang bersifat klasikal bukan individual.
Maksud reward ini adalah untuk memotivasi belajar siswa supaya lebih aktif dan rajin dalam belajar serta dalam mengerjakan tugas. Apabila siswa terbiasa mendapatkan hasil yang memuaskan diharapkan menjadikan sadar dengan sendirinya bahwa hal tersebut membawa dampak yang baik bagi dirinya sendiri. Siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari, menjadikan dirinya pintar dan siswa akan terbiasa kalau belajar itu adalah suatu keharusan bagi dirinya.
Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Memberikan Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Kristen Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka  dirumuskan masalah antara lain :
1.      Bagaimana motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan  sebelum penerapan metode reward?
2.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode reward pada siswa kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2015/2016?
3.      Berapa besar peningkatan motivasi belajar setelah penerapan metode Reward pada siswa kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
     Tujuan penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran sebelum adanya penerapan metode reward?
  2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode reward pada siswa kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2015/2016.
  3. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar setelah penerapan metode Reward pada siswa kelas IV SD Negeri 173394 Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2015/2016?

Sedangkan kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a.  Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Kristen.
b.  Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang cara peningkatan pembelajaran dengan menggunakan metode reward.
c.  Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
d.  Diharapkan kajian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a.  Manfaat bagi guru yaitu dengan adanya penelitian ini dapat memberikan suatu pertimbangan untuk meningkatkan kembali pembelajaran di dalam kelas.
b. Manfaat bagi sekolah yaitu hasil penelitian ini merupakan suatu saran bagi penyusunan suatu system pengajaran baru yang diharapkan akan mempunyai hasil yang lebih baik.
c.  Manfaat bagi orang tua selaku pendidik didalam lingkungankeluarga yaitu dapat menerapkan apa yang menjadi hasil penelitian ini di dalam rumah.



BAB II
     LANDASAN TEORI
A.  Pengertian Reward
Pengertian reward secara bahasa berarti hadiah, upah, ganjaran, atau penghargaan. Sedangkan secara istilah, pemberian konsekuensi berupa hal yang menyenangkan untuk mengatur tingkah laku seseorang. Dalam prespektif Kristen, reward muncul dengan beberapa istilah, antara lain penghargaan, penghormatan, ganjaran, upah, dan hadiah. Dilakukan sebagai usaha untuk memberikan motivasi dalam melakukan sesuatu sehingga siswa merasa adanya tantangan untuk melakukan respon positif.
Dalam proses pembelajaran, reward (penguatan) dapat dilakukan dengan pemberian hadiah. Hadiah merupakan pemberian (kenang-kenangan, penghargaan, penghormatan), ganjaran, tanda kenang-kenangan, cendera mata. Istilah hadiah dapat juga dikembangkan untuk menjelaskan apa saja yang membuat orang lain merasa lebih bahagia atau berkurang kesedihannya.

Jumat, 09 November 2018

HUBUNGAN INTERAKSI EDUKATIF GURU DENGAN SISWA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KELAS VI TAHUN PELAJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Efektifitas dan efisiensi belajar dan pembelajaran siswa di sekolah sangat bergantung kepada peran guru. Guru haruslah mempunyai sikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Dengan adanya guru yang profesional dan berkualitas maka akan mampu menghasilkan anak bangsa yang berkualitas juga. Kunci yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah kompetensi.  Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru menyatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki guru ada 4 kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,  dan kompetensi sosial. 
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru melalui cara yang baik dalam berinteraksi dengan siswa, wali siswa, dan masyarakat. Sudah seharusnya seorang guru dapat menciptakan interaksi yang baik dengan siswa di kelas, sebab peranan guru sangat dibutuhkan dalam perubahan tingkah laku siswa yang mencakup tiga aspek, yaitu aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotorik). 
Dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif ini adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu, interaksi edukatif perlu dibedakan dari bentuk interaksi yang lain. Dalam arti yang lebih spesifik pada bidang pengajaran, dikenal adanya istilah interaksi belajar-mengajar. Dengan kata lain apa yang dinamakan interaksi edukatif, secara khusus adalah sebagai interaksi belajar-mengajar (Sardiman, 2004: 1).
Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna mentransfer ilmu kepada siswa. Guru yang mengajar dan siswalah yang belajar. Perpaduan dari kedua unsur manusiawi inilah yang kemudian melahirkan interaksi edukatif dengan memanfaatkan materi sebagai medianya. Permasalahan yang sering terjadi di dalam proses pembelajaran  ini adalah masih banyak guru-guru yang melakukan  bentuk interaksi belajar mengajar berjalan secara searah di sekolah. Dalam hal ini fungsi dan peranan guru menjadi amat dominan. Di lain pihak, siswa hanya mendengarkan informasi atau pengetahuan yang diberikan gurunya, tanpa diberikan kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan pendapatnya di kelas. Kondisi yang demikian menjadikan proses pembelajaran tidak proporsional, akibatnya guru sangat aktif dan siswa menjadi pasif dan tidak kreatif. 
Dengan adanya relasi guru dengan siswa yang baik, maka akan timbul rasa suka siswa terhadap gurunya, sehingga tanpa disadari  muncul pula ketertarikan siswa pada mata pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Ketertarikan pada mata pelajaran itulah yang membuat siswa mempelajari pelajaran dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar berjalan kurang maksimal sehingga siswa merasa ada jarak jauh antara dirinya dengan gurunya sehingga siswa tidak berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
Dengan demikian, guru haruslah mampu membangkitkan minat belajar siswanya melalui interaksi edukatif dalam proses pembelajaran. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan siswa maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak adanya daya tarik baginya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul “Hubungan Interaksi Edukatif Guru dengan Siswa terhadap Minat Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas VI Tahun Pelajaran 2015/2016”

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THE POWER OF TWO DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI TAHUN PELAJARAN 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan. Namun, indikator ke arah mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada sisi lain, upaya peningkatan kualitas pendidikan ditempuh dalam rangka mengantisipasi berbagai perubahan dan tuntutan kebutuhan masa depan yang akan dihadapi siswa sebagai warga bangsa agar mampu berpikir global dan bertindak sesuai dengan karakteristik potensi lokal.
Salah satu cara untuk meningkatkan pendidikan di indonesia adalah dengan cara melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran, maka perlu diadakannya upaya dalam perbaikan pembelajaran seiring dengan perkembangan zaman yang menuntut siswa untuk berwawasan luas. Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pengajaran.
Dalam proses pembelajaran dan pengajaran masa kini, siswa tidak lagi dipandang sebagai objek didik. Namun, pada hakekatnya peserta didik memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dasarnya. Guru tidak lagi menjadi satu – satunya sumber ilmu karena ilmu telah dapat diperoleh dari berbagai sumber melalui teknologi informasi. Oleh karena itu, guru lebih berperan sebagai manager instruksional bahkan pemimipin instruksional. Sesuai dengan perannya sebagai pengajar guru mempunyai berbagai tugas dalam proses belajar mengajar dengan muridnya. Dalam pelaksanaan tersebut guru harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mendalam tentang proses belajar mengajar.
Seorang guru harus mempunyai kemampuan dalam merencanakan pembelajaran karena kegiatan yang direncanakan dengan lebih matang akan lebih terarah dan tujuan yang diinginkan akan mudah tercapai.
Keberhasilan pendidikan formal akan banyak ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Kegiatan belajar mengajar tidak dapat terlepas dari keseluruhan sistem pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar mengajar ini banyak upaya yang dapat dilakukan guru. Diantaranya diperlukan perencanaan program yang cukup mantap karena dengan sendirinya keberhasilan belajar siswa akan ditentukan pula oleh perencanaan yang dibuat oleh guru. Dalam upaya meningkatkan efektivitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai harapan, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan oleh guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran, walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan, karena bisa terjadi kondisi kelas merefleksikan sebuah permintaan yang berbeda dari rencana yang sudah dipersiapkan, khusunya tentang strategi yang sifatnya oprasional.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu disusun suatu strategi agar tujuan itu tercapai dengan optimal. Tanpa suatu strategi yang cocok,tepat dan jitu, tidak mungkin tujuan dapat tercapai.
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan atau kompetensi baru. Ketika kita berpikir informasi dan kompetensi apa yang harus dimiliki siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Jadi pemilihan strategi menjadi sangat penting untuk diperhatikan karena strategi adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan metode secara akurat. Menurut Muqowin, terdapat beberapa strategi belajar yang dapat digunakan siswa agar siswa aktif secara kolektif, misalnya: strategi belajar tim pendengar, strategi membuat catatan terbimbing (guided note taking), strategi pembelajaran terbimbing, perdebatan aktif (active debate), strategi poinkounterpoin, strategi kekuatan berdua (the power of two), dan pertanyaan kelompok (team quiz). Dari beberapa jenis srategi kelompok tersebut, penulis memfokuskan pada strategi kekuatan berdua (the power of two). Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) termasuk bagian dari belajar kooperatif. Belajar kooperatif adalah belajar dalam kelompok kecil dengan menumbuhkan kerja sama secara maksimal melalui kegiatan pembelajaran oleh teman sendiri dengan anggota dua orang di dalamnya untuk mencapai kompentensi dasar. Strategi belajar kekuatan berdua (the power of two) adalah kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong munculnya keuntungan dari sinergi itu, sebab dua orang tentu lebih baik daripada satu.
Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberhasilan dalam mencapai tujuan khusus .
Dalam implementasi strategi the power of two terdapat prosedur untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal dan seorang pendidikpun harus dapat menggunakan strategi belajar the power of two dengan tepat, efektif, dan efisien melalui langkah-langkah strategi the power of two dalam proses belajar mengajar berlangsung. Dengan penggunaan strategi the power of two pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen diharapkan tujuan yang dirumuskan dapat tercapai. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran telah berhasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan yang positif dari peserta didik. Suatu proses belajar mengajar yang efektif dan bermakna akan berlangsung apabila dapat memberikan keberhasilan bagi siswa maupun guru itu sendiri.
Berpedoman pada uraian di atas maka perlu diadakan penelitian tentang : "Penerapan Strategi Pembelajaran The Power Of Two Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas VIII SMP Negeri  Tahun Pelajaran 2016/2017".
B.       Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah :
1.      Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi pokok hidup beriman kelas VIII SMP Negeri  dengan menggunakan penerapan strategi belajar the power of two?
2.      Bagaimana peningkatan keaktifan siswa dalam belajar pada materi hidup beriman kelas VIII SMP Negeri  dengan menggunakan penerapan strategi belajar the power of two?
C.      Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.    Mengetahui Sejauh mana penerapan strategi pembelajaran the power of two dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Hidup Beriman kelas VIII SMP Negeri.
2.    Mengetahui Sejauh mana penerapan strategi pembelajaran the power of two dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Hidup Beriman kelas VIII SMP Negeri .
D.      Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagi peneliti dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang diperoleh dari praktek penelitian secara langsung dengan menerapkan teori – teori yang didapat dari bangku kuliah dan telaah kepustakaan.
2.      Bagi guru sebagai pedoman untuk memilih strategi pembelajaran yang efektif dalam menentukan langkah meningkatkan keberhasilan pembelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan agama Kristen.
3.      Bagi kepala sekolah dapat memotivasi dan menyarankan guru-guru sekolah untuk menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi pada saat mengajar di kelas.
E.       Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan penulis maka penulis tidak mungkin membahas masalah yang luas. Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang ada dalam judul tersebut, maka penulis membatasi masalahnya sebagai berikut :
1.    Strategi yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah strategi the power of two pada mata pelajaran Pendidikan agama Kristen.
2.    Yang dimaksud keberhasilan pembelajaran adalah dilihat dari segi hasil nilai pre test dan post test pada mata pelajaran Pendidikan agama Kristen.
3.    Objek yang diteliti dibatasi pada siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri  yang berjumlah 22 orang.
F.       Penegasan Istilah
Sebelum peneliti menguraikan lebih lanjut, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu beberapa pengertian dalam judul. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi 7 kesalahpahaman dan kesimpangsiuran dalam menginterpretasikan judul tersebut. Istilah – istilah tersebut diantaranya adalah :
1.    Penerapan
Penerapan adalah “penggunaan, perihal mempraktekkan, penggunaan dan mempraktekkan.”Penerapan juga dapat diartikan sebagai suatu pelaksanaan ide, konsep, kebijakan atau motivasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa nilai maupun sikap. Jadi yang dimaksud penerapan dalam penelitian ini adalah penggunaan, pelaksanaan strategi belajar the power of two dalam suatu tindakan praktis, sehingga memberikan dampak baik berupa nilai maupun sikap.
2.    Strategi Pembelajaran
Strategi adalah “rencana yang cermat untuk mencapai sasaran.” Pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk pencapaian tujuan tertentu. Jadi strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
3.    The Power Of two
The power of two artinya menggabung kekuatan dua orang. Dalam pembelajaran the power of two adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong kepentingan dan keuntungan sinergi, itu karenanya 2 kepala tentu lebih baik daripada 1 kepala.
4.    Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sarana penilaian adanya keberhasilan atau tidaknya suatu pembelajaran. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diadakan ( dibuat, dijadikan , dan sebagainya) oleh usaha melalui proses perubahan dalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditampakkan dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir dan kemampuan.
5.    Pendidikan agama Kristen
Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan yang bercorakkan moral-moral kristiani, maksudnya materi pengajaran Pendidikan Agama Kristen merupakan materi yang berisi tentang nilai-nilai kebenaran iman Kristen. Nico Syukur Dister menegaskan pendapatnya bahwa ”Pendidikan yang bercorak, berdasarkan dan berorientasi Kristiani.” Dengan kata lain segala bentuk aktivitas proses belajar mengajar yang terjadi didalam dan diluar kelas terwujud dalam ruang lingkup di sekolah, gereja atau lingkungan keluarga dengan dasar pengajaran pada pokok-pokok iman Kristen.


BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan tentang Strategi Pembelajaran The Power Of Two

Senin, 05 November 2018

MEMBERIKAN REWARD DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA SISWA KELAS IV SD TAHUN PELAJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran setiap siswa pasti mempunyai motovasi untuk belajar. Motivasi tersebut dapat berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar yang dapat mendorong siswa agar mau belajar. Motivasi Belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya ada beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Dimana dorongan internal dalam diri siswa sendiri yaitu keinginan berhasil untuk belajar dan kebutuhan akan cita-cita, sedangkan eksternal berasal dari luar siswa yaitu adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam lingkup yang lebih sempit yaitu proses pembelajaran di dalam kelas dalam suatu sekolah. Artinya bahwa proses pembelajaran di dalam kelas juga merupakan sebuah sistem. Proses pembelajaran di dalam kelas sebagai sebuah sistem mempunyai banyak komponen antara lain: guru, siswa, tujuan, materi pelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi dan lain-lain.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-undang No. 20 tahun 2003, yaitu pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis sertabertanggung jawab. Oleh karena itu, pemerintah melakukan pemerataan dan peningkatan pendidikan agar tujuan pendidikan nasional dapat tercapai secara merata.
Dalam suatu lembaga pendidikan khususnya sekolah, agar tercapai tujuan harus ada kerja sama yang baik antar anggotanya. Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar, antara siswa dan guru haruslah bekerja sama supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasilnya memuaskan.
Namun kenyataan yang ada di lapangan sekarang ini menunjukkan semakin merosotnya keinginan untuk belajar di kalangan siswa. Hal ini menimbulkan permasalahan di kalangan guru. Suatu indikator dari penurunan belajara siswa antara lain:
1.      Rasa malas atau ketidakmauan untuk belajar
2.      Frekuensi belajar yang semakin rendah (jarang)
3.         Tidak adanya komitmen untuk memenuhi tugas-tugas sekolah
4.         Semakin merosotnya hasil belajar yang di dapat
Guru memiliki peran yang penting dalam proses belajar di sekolah. Guru memiliki peran ganda dalam proses pembelajaran yaitu menyampaikan materi pelajaran dan sebagai manager dalam pengelolaan kelas. Tugas sebagai penyampai materi pelajaran bagi guru tentu bukan hal yang sulit karena guru sudah menempuh pendidikan yang tinggi dan juga sudah membuat perencanaan pembelajaran sebelumnya. Namun untuk menjadi seorang manager atau pengelola kelas yang baik, belum semua guru mampu melaksanakannya.
            Pada bagian awal sudah dikemukakan adanya gejala-gejala suasana kelas yang kurang kondusif kerena penurunan belajar siswa. Untuk itu kiranya menjadi hal yang perlu diperhatikan guru yaitu seorang guru harus  mampu membangkitkan kembali keinginan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
            Pemberian rangsangan dari guru seperti diberi pujian atau diberi hadiah akan sangat mempengaruhi keinginan belajar siswa dan diharapkan dalam diri siswa akan tumbuh keinginan belajar baik dalam mengerjakan tugas maupun berkompetisi dengan teman sehingga pembelajaran menjadi aktif dan siswa juga semangat menerima pelajaran.
Prinsip pujian dan imbalan menegaskan bahwa manusia secara universal terdorong untuk melakukan sesuatu karena imbalan. Kemampuan reward atau imbalan, baik dalam perilaku binatang maupun manusia sudah terbukti, sebagai contoh seekor lumba-lumba atau anjing yang cerdik dalam sirkus mau melakukan perintah dari pawangnya karena adanya imbalan, yaitu makanan. Guru seringkali lupa akan hal ini sehingga mereka kebanyakan kikir untuk memberikan reward dalam bentuk pujian kepada anak-anak yang sebenarnya pada konteks -konteks tertentu diperlukan. Bahkan sebaliknya, kebanyakan guru-guru cenderung lebih banyak mengatur dan memarahi ketimbang member pujian tatkala siswa bisa menunjukkan kemampuan.
Karena masalah ini menyangkut suatu komunitas kelas, guru harus mempertimbangkan berbagai hal dalam mengambil suatu tindakan. Tindakan yang diambil guru sebaiknya mampu emberikan dampak yang bersifat klasikal bukan individual.
Maksud reward ini adalah untuk memotivasi belajar siswa supaya lebih aktif dan rajin dalam belajar serta dalam mengerjakan tugas. Apabila siswa terbiasa mendapatkan hasil yang memuaskan diharapkan menjadikan sadar dengan sendirinya bahwa hal tersebut membawa dampak yang baik bagi dirinya sendiri. Siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari, menjadikan dirinya pintar dan siswa akan terbiasa kalau belajar itu adalah suatu keharusan bagi dirinya.
Dengan menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul: “Memberikan Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Kristen Pada Siswa Kelas IV SD  Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka  dirumuskan masalah antara lain :
1.      Bagaimana motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SD sebelum penerapan metode reward?
2.      Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode reward pada siswa kelas IV SD  Tahun Pelajaran 2015/2016?
3.      Berapa besar peningkatan motivasi belajar setelah penerapan metode Reward pada siswa kelas IV SD  Tahun Pelajaran 2015/2016?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
     Tujuan penelitian ini adalah :
  1. Untuk mengetahui motivasi belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SD Tahun Pelajaran sebelum adanya penerapan metode reward?
  2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode reward pada siswa kelas IV SD Tahun Pelajaran 2015/2016.
  3. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan motivasi belajar setelah penerapan metode Reward pada siswa kelas IV SD Tahun Pelajaran 2015/2016?

Sedangkan kegunaan atau manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a.  Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Pendidikan Agama Kristen dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Kristen.
b.  Untuk memberikan sumbangan pemikiran tentang cara peningkatan pembelajaran dengan menggunakan metode reward.
c.  Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
d.  Diharapkan kajian ini dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a.  Manfaat bagi guru yaitu dengan adanya penelitian ini dapat memberikan suatu pertimbangan untuk meningkatkan kembali pembelajaran di dalam kelas.
b. Manfaat bagi sekolah yaitu hasil penelitian ini merupakan suatu saran bagi penyusunan suatu system pengajaran baru yang diharapkan akan mempunyai hasil yang lebih baik.
c.  Manfaat bagi orang tua selaku pendidik didalam lingkungankeluarga yaitu dapat menerapkan apa yang menjadi hasil penelitian ini di dalam rumah.

  
BAB II
     LANDASAN TEORI
A.  Pengertian Reward
Pengertian reward secara bahasa berarti hadiah, upah, ganjaran, atau penghargaan. Sedangkan secara istilah, pemberian konsekuensi berupa hal yang menyenangkan untuk mengatur tingkah laku seseorang. Dalam prespektif Kristen, reward muncul dengan beberapa istilah, antara lain penghargaan, penghormatan, ganjaran, upah, dan hadiah. Dilakukan sebagai usaha untuk memberikan motivasi dalam melakukan sesuatu sehingga siswa merasa adanya tantangan untuk melakukan respon positif.
Dalam proses pembelajaran, reward (penguatan) dapat dilakukan dengan pemberian hadiah. Hadiah merupakan pemberian (kenang-kenangan, penghargaan, penghormatan), ganjaran, tanda kenang-kenangan, cendera mata. Istilah hadiah dapat juga dikembangkan untuk menjelaskan apa saja yang membuat orang lain merasa lebih bahagia atau berkurang kesedihannya.