Menu

Minggu, 30 September 2018

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan berlangsung melalui tahapan-tahapan berkesinambungan dan sistemik oleh karena itu bisa berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat). Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian siswa (Tritarahardja & La Sulo, 2005:34).
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma menurut ukuran normatif (Sardiman, 2007:13). Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.
Slameto, sebagaimana dikutip oleh Djamarah (2008:13), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni, 2006:2). Perubahan yang dipikirkan dalam artian adalah perubahan pola pikir manusia, sedangkan perubahan yang dikerjakan adalah perubahan sikap manusia.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Hasil belajar siswa tidaklah sama, ada yang baik dan ada yang kurang baik. Kebanyakan siswa mengalami masalah dalam belajar, sehingga masalah tersebut berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah.
Faktor Ekstern yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya yaitu faktor model pembelajaran. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih model yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Model mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi kurang baik pula. Misalkan guru kesehariannya dalam mengajar biasa menggunakan model ceramah, siswa akan menjadi bosan, mengantuk, hanya mencatat, akhirnya siswa menjadi pasif. Jelaslah bahwa model pembelajaran itu mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus yang progresif berani mencoba model-model pembelajaran yang baru untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru sebaiknya memposisikan seorang siswa sebagai insan yang perlu dihargai potensinya, sehingga hendaknya seorang siswa diberi kesempatan untuk aktif sehingga dapat mengembangkan potensinya. Maka dari itu, proses belajar mengajar perlu suasana yang akrab, terbuka dan saling menghargai.
Pendidikan Agama Kristen mengajarkan setiap orang Kristen untuk mengenal Tuhan Yesus dengan dasar iman yang benar. Proses belajar mengajar yang alkitabiah, dengan kuasa Roh Kudus dan berpusatkan pada Kristus. Pendidikan Agama Kristen juga merupakan suatu usaha untuk membimbing setiap pribadi bertumbuh sesuai dengan dasar kristen melalui cara-cara mengajar yang cocok agar mengetahui dan mengalami maksud dan rencana Allah (Roma 8:29). Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru diharapakn mampu menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan memudahkan siswa untuk memahami materi. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk memudahkan siswa belajar pendidikan agama Kristen yang tentunya disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi materi yang akan diajarkan sehingga diharapkan hasil belajar siswa baik.
Hasil belajar SMP Negeri 1 Doloksanggul kelas VIII dilihat dari hasil nilai ulangan harian didapatkan banyak siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum memenuhi. KKM disekolah tersebut yaitu 70 dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku kurang lebih 75% (Mulyasa, 2009:218). Hasil observasi diperoleh nilai ulangan harian kelas VIII yang berjumlah 30 siswa, yang tidak tuntas dalam belajar berjumlah 11 siswa dengan presentase ketuntasan 62,1 %. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar pendidikan agama Kristen siswa SMP Negeri 1 Doloksanggul kurang baik. Setelah dilaksanakan wawancara dan pengamatan dilapangan, ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu antara lain: banyaknya siswa yang pasif baik dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan, model pembelajaran guru yang kurang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, tidak adanya penilaian terhadap tugas.
Pada umumnya siswa menganggap pelajaran agama adalah pelajaran yang membosankan, sehingga menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran dan hasil belajarnya kurang baik. Kepasifan itu pun salah satunya dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru bersifat monoton, guru sering menggunakan model ceramah tanpa melibatkan keaktifan siswa. Selain itu, setiap ada penugasan baik tugas rumah maupun tugas sekolah tidak ada penilaian oleh guru. Tidak adanya penilaian terhadap tugas-tugas tersebut mengakibatkan siswa pasif, karena mereka merasa tidak penting belajar dan mengerjakan tugas kalau tidak dinilai.
 Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama Kristen, sehingga diharapkan siswa merasa dihargai, dapat mengembangkan potensi karena adanya timbal balik/komunikasi dua arah antara guru dan siswa dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Jadi model pembelajaran yang digunakan setiap pertemuan tidak monoton hanya ceramah, tanya jawab, penugasan, dll. Akan tetapi, dalam setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa dan materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Siswa Kelas VIII SMP Negeri Tahun Pelajaran 2017/2018”.

1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar agama Kristen kelas VIII SMP Negeri 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar agama Kristen kelas VIII SMP Negeri 1 melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE).
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi guru
Sebagai masukan atau alternatif untuk memvariasikan model pembelajaran.
b. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan model pembelajaran, menambah mengetahuan dalam bidang pendidikan dan sebagai persyaratan (unsur utama) untuk kenaikan pangkat jabatan fungsional tertentu dari golongan IIIc ke Golongan IIId.
1.5 Penegasan Istilah
a. Model pembalajaran Student Facilitator and Expalining (SFAE)
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:5). Hasil belajar yang dimaksud disini meliputi hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining 

PENGARUH GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP HASIL DAN MOTIVASI SISWA KELAS V BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA SD NEGERI TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang Masalah
Tugas guru adalah bertanggung jawab mendidik anak didik dalam hal belajar. Dalam proses belajar mengajar, gurulah yang menyampaikan pelajaran, memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam kelas, membuat evaluasi belajar siswa, baik sebelum, sedang maupun sesudah pelajaran berlangsung (Combs, 1984: 11-13). Untuk menjalankan peranan dan melaksanakan tugas-tugas itu, seorang guru diharapkan memiliki kemampuan profesional yang tinggi. Dalam hubungan ini maka untuk mengenal siswa-siswanya dengan baik, guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan diagnosis serta mengenal dengan baik cara-cara yang paling efektif untuk membantu siswa tumbuh sesuai dengan potensinya masing-masing.
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14)
Maka tugas mengajar bukan hanya sekedar menuangkan bahan pelajaran, tetapi teaching is primarily and always the stimulation of learner (Wetherington, 1986: 131-136), dan mengajar tidak hanya dapat dinilai dengan hasil penguasaan mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah perkembangan pribadi anak, sekalipun mempelajari pelajaran yang baik, akan memberikan pengalaman membangkitkan bermacam-macam sifat, sikap dan kesanggupan yang konstruktif.
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus mempersiapkan perangkat pembelajaran yang di dalamnya sudah terkandung tentang, tujuan mengajar, pokok yang akan diajarkan, metode mengajar, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Dalam memilih dan menentukan metode mengajar harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, demikian juga  cara memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga, cara membuat tes dan menggunakannya, dan pengetahuan tentang alat-alat evaluasi.
Sementara itu teknologi pembelajaran adalah salah satu dari aspek tersebut yang cenderung diabaikan oleh beberapa pelaku pendidikan, terutama bagi mereka yang menganggap bahwa sumber daya manusia pendidikan, sarana dan prasarana pendidikanlah yang terpenting. Khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan guru dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu melaksanakan perbaikan pembelajaran pendidikan agama Kristen melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul ”PENGARUH GABUNGAN METODE CERAMAH DENGAN METODE KERJA KELOMPOK TERHADAP HASIL DAN MOTIVASI SISWA KELAS V BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA SD NEGERI  TAHUN PELAJARAN 2016/2017”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen pada umumnya kurang diminati oleh siswa karena cara mengajar guru yang monoton.
2. Metode dan teknik pembelajaran yang masih konvensional dan terkadang membuat suasana belajar menjadi kurang menyenangkan.
3. Tingkat keaktifan siswa dalam belajar yang masih rendah.
4. Kurangnya respon siswa untuk memperhatikan penjelasan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut bisa dirumuskan yaitu:
1.  Bagaimana penerapan metode ceramah dan metode kerja kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen?
2.  Bagaimana minat siswa didalam mengikuti pelajaran pendidikan Agama Kristen setelah penerapan metode ceramah dan metode kerja kelompok?

D. Tujuan Penelitian
1.  Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan pengaruh gabungan metode ceramah dengan metode kerja kelompok terhadap hasil belajar pada SD Negeri.
2.  Untuk mengetahui efektifitas gabungan metode ceramah dengan metode kerja kelompok dalam meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen pada Siswa SD Negeri.
E. Kegunaan Hasil Penelitian.
a.  Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal.
b.  Bagi Guru, di harapkan dapat mengunakan metode variatif, yaitu menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif , salah satunya adalah metode pembelajaran metode listening team, agar proses belajar mengajar menjadi aktif, efektif dan menyenangkan.
c. Bagi Siswa, di harapakan berani mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang mereka miliki, dan juga dapat meningkatkan minat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, sehingga mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan.
  
BAB II
LANDASAN TEORI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN MENERAPKAN METODE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAHUN PELAJARAN 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, dan sebagai kunci pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Yang mana untuk mewujudkan cita-cita tersebut perlu dilakukan usaha yang semaksimal mungkin dari guru, guru harus mampu dalam mengelola komponen pembelajaran dan kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran sehingga materi pelajaran tersebut dapat diserap oleh peserta didik sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai.
Di dalam peningkatan mutu pendidikan pada masa sekarang ini, perlu diiringi proses belajar mengajar. Di dalam proses belajar mengajar harus memiliki metode agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien serta mengenai tujuan yang diharapkan.
Salah satu langkah untuk strategi itu ialah harus menguasai tehnik-tehnik pengajaran atau biasanya disebut metode pengajaran. Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan. Jadi metode pembelajaran merupakan cara-cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

Menurut  Suprayektif (2003: 10) menyatakan bahwa:
Hasil belajar merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan pendidikan, karena hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan. Hasil belajar yang baik tergantung pada pelaksanaan interaksi belajar mengajar yang sesuai dengan perencanaan pembelajaran. Pelaksanaan interaksi belajar mengajar dipengaruhi oleh empat faktor. Keempat factor tersebut adalah guru, siswa, kurikulum, dan faktor lingkungan.

Pada saat belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru (Slavin, 1995; Eggen & Kauchak). Artzt & Newman (1990: 448) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Team Games Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatf tipe TGT adalah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcemen.
Berdasarkan uraian di atas guru Mapel untuk membahas masalah dengan judul penelitian ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Dengan Menerapkan Metode Team Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri   Tahun Pelajaran 2016/2017.” 

B.  Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian yaitu:
1.         Siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran.
2.         Metode pembelajaran yang digunakan guru kurang sesuai dengan KD.
3.         Kemauan belajar siswa terhadap mata Pelajaran Agama Kristen masih rendah.
4.         Guru kurang mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
5.         Guru kurang melakukan variasi metode dalam pembelajaran Agama Kristen.

C.  Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan peneliti baik dari segi kemampuan waktu dan biaya, maka guru membatasi permasalahan yang diteliti. Adapun batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ” Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Dengan Menerapkan Metode Team Games Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Tahun Pelajaran 2016/2017.

D.  Rumusan Masalah
            Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan menggunakan metode Team Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas V SD Negeri pada mata Pelajaran Agama Kristen?

E.  Tujuan Penelitian
            Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Team Games Tournament (TGT) pada mata Pelajaran Agama Kristen Siswa Kelas V SD Negeri  T.A 2016/2017.

F.  Manfaat Penelitian
            Adapun manfaat yang ingin dicapai setelah melakukan penelitian adalah:
1.     Mendorong siswa berfikir positif untuk menyenangi Pelajaran Agama Kristen dan menghilangkan pandangan negatif anak terhadap Pelajaran Agama Kristen.
2.     Sebagai bahan pertimbangan kepala sekolah tentang pentingnya penggunaan metode Team Games Tournament (TGT) dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah.
3.         Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar sekolah.
4.         Dan sebagai bahan usul kenaikan pangkat satu tingkat.



BAB II
TINJAUAN TEORITIS

PENGARUH ADVOCACY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAHUN AJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam undang-undang RI NO 20 tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1, bahwa pendidikan didefinisikan "sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara".
Sekolah merupakan salah satu tempat belajar dan lembaga pendidikan yang melaksanakan pengajaran agama yang bertanggung jawab atas perkembangan siswa-siswinya. Khususnya yang berkaitan dengan agama. Karena pendidikan agama adalah salah satu aspek sasaran pembangunan yang menempati dasar dalam usaha pendidikan, serta bertujuan untuk membentuk pribadi yang luhur dan utuh.
Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat interaktif edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut proses belajar mengajar. Guru juga bertugas sebagai administrator dan evaluator. Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental dan perbuatan. Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan ketrampilan proses, anak didik harus lebih aktif daripada guru. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Menurut Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 isi kurikulum pendidikan dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran : (1) pendidikan agama; (2) pendidikan kewarganegaraan; (3) bahasa; (4) matematika; (5) ilmu pengetahuan alam; (6) ilmu pengetahuan sosial; (7) seni dan budaya; (8) pendidikan jasmani dan olahraga; (9) keterampilan/kejujuran; (10) muatan lokal.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di sekolah dasar merupakan salah satu mata pelajaran mempunyai peranan yang sangat penting, agar siswa memiliki moral dan menjadi manusia yang percaya akan Tuhan Yang Maha Esa.
Pendidikan Agama Kristen juga merupakan salah satu upaya untuk membangkitkan memiliki nilai luhur dan moral yang diwujudkan dalam prilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat serta makhluk hidup ciptaan Tuhan juga untuk menghadapi pengaruh globalisasi.
Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan pada siswa kelas IV SD Negeri ............. Kecamatan........., Kabupaten ...................... proses pembelajaran Pendidikan agama Kristen masih bersifat konvensional yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan yang bersifat monoton. Mayoritas para guru melupakan peranannya sebagai perancang program pembelajaran, sehingga pembelajaran tidak efektif, efisien dan menarik. Dalam implementasinya guru hanya sebatas transfer ilmu dan tidak membangun karakteristik siswa.
Siswa terbiasa menghapal pembelajaran pendidikan agama Kristen yang akhirnya siswa cepat lupa dengan materi yang diberikan. Hal ini membuat siswa bosan, mengantuk, dan tidak semangat dalam memahami materi pembelajaran pendidikan agama Kristen sehingga siswa tidak tertarik dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen yang berdampak pada hasil belajar. Sebagaimana hasil yang diperoleh, bahwa penguasaan siswa terhadap mata pelajaran  masih rendah. Karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) mata pelajaran pendidikan Agama Kristen di kelas V  yaitu 70.00. Pada Ulangan Akhir Semester 1 mata pelajaran pendidikan Agama Kristen hanya 15 siswa atau 42,85% siswa mencapai KKM, dan 20 siswa atau 57,15% yang belum mencapai KKM. Dengan nilai rata-rata kelas pelajaran pendidikan Agama Kristen 58,28%.
Dalam hal ini peneliti menggunakan inovasi baru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat merangsang motivasi dan keaktifan siswa dalam menguasai bahan pelajaran, guna menciptakan pembelajaran yang sukses dan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran.
Dalam hal ini peneliti menggunakan inovasi baru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat merangsang motivasi dan keaktifan siswa dalam menguasai bahan pelajaran, guna menciptakan pembelajaran yang sukses dan dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran.
Guru memilih metode Advokasi dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen, karena metode tersebut berpusat pada siswa (student-centered advocacy learning) sering diidentikkan dengan proses debat.
Pembelajaran advokasi dipandang sebagai suatu pendekatan alternatif terhadap pengajaran didaktis di dalam kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari isu-isu sosial dan personal melalui keterlibatan langsung dan partisipasi pribadi. Metode pembelajaran advokasi menuntut para peserta didik terfokus pada topik yang telah ditentukan sebelumnya dan mengajukan pendapat yang bertalian dengan topik tersebut.
Berdasarkan kenyataan dan latar belakang masalah yang terdapat di SD Negeri ............. Kecamatan ..........., peneliti bermaksud menerapkan metode pembelajaran advokasi disekolah untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Kristen pada siswa  kelas IV agar mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum.

B.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi  masalah-masalah sebagai berikut. Mengapa hasil belajar pada pelajaran pendidikan Agama Kristen untuk siswa di SD Negeri ........... Kecamatan ............ masih rendah?, Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan hasil belajar pendidikan Agama Kristen siswa di SD Negeri ................ Kecamatan .............. menjadi rendah?, Mengapa pelajaran pendidikan agama Kristen menjadi membosankan untuk siswa di SD Negeri .............. Kecamatan .................... Kabupaten .....................?, Bagaimana penerapan metode pembelajaran Advokasi dalam proses pengajaran pendidikan Agama Kristen?, Apakah penggunaan metode Advokasi dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa SD Negeri .............?
Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang di atas, maka penelitian ini saya batasi ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti agar pembahasan lebih terarah dan terfokus pada masalah pokok yang akan diteliti. Peneliti hanya membatasi masalah yang dihadapi siswa kelas IV SD Negeri ............ yaitu: Peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV melalui metode pembelajaran advokasi.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :“ Bagaimana penggunaan metode pembelajaran advokasi dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Kristen pada siswa kelas IV SD Negeri ........ Kecamatan ..................., Kabupaten ................?“.
D.    Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mengemukakan secara singkat tujuan penelitian tindakan kelas yang ingin dicapai dengan mendasarkan pada rumusan masalah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Kristen melalui metode pembelajaran advokasi  pada kelas IV SD Negeri ......... Kecamatan .............. Kabupaten................
Manfaat yang dapat di peroleh melalui penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Bagi Siswa: Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk mendapatkan informasi baru tentang kemajuan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Bagi Guru :Hasil penelitian ini menambah wawasan dalam pola pembelajaran yang baru dalam memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelas.
Bagi sekolah:Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan, pengelolaan, dan pemanfaatan sumber belajar dan metode dalam pembelajaran.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA