Menu

Minggu, 30 September 2018

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan berlangsung melalui tahapan-tahapan berkesinambungan dan sistemik oleh karena itu bisa berlangsung dalam semua situasi kondisi, di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat). Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian siswa (Tritarahardja & La Sulo, 2005:34).
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma menurut ukuran normatif (Sardiman, 2007:13). Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan. Semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral.
Slameto, sebagaimana dikutip oleh Djamarah (2008:13), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni, 2006:2). Perubahan yang dipikirkan dalam artian adalah perubahan pola pikir manusia, sedangkan perubahan yang dikerjakan adalah perubahan sikap manusia.
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006:5). Hasil belajar siswa tidaklah sama, ada yang baik dan ada yang kurang baik. Kebanyakan siswa mengalami masalah dalam belajar, sehingga masalah tersebut berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah.
Faktor Ekstern yang mempengaruhi hasil belajar salah satunya yaitu faktor model pembelajaran. Menurut Arends, sebagaimana dikutip oleh Suprijono (2009:46), model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih model yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Model mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi kurang baik pula. Misalkan guru kesehariannya dalam mengajar biasa menggunakan model ceramah, siswa akan menjadi bosan, mengantuk, hanya mencatat, akhirnya siswa menjadi pasif. Jelaslah bahwa model pembelajaran itu mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu, seorang guru harus yang progresif berani mencoba model-model pembelajaran yang baru untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru sebaiknya memposisikan seorang siswa sebagai insan yang perlu dihargai potensinya, sehingga hendaknya seorang siswa diberi kesempatan untuk aktif sehingga dapat mengembangkan potensinya. Maka dari itu, proses belajar mengajar perlu suasana yang akrab, terbuka dan saling menghargai.
Pendidikan Agama Kristen mengajarkan setiap orang Kristen untuk mengenal Tuhan Yesus dengan dasar iman yang benar. Proses belajar mengajar yang alkitabiah, dengan kuasa Roh Kudus dan berpusatkan pada Kristus. Pendidikan Agama Kristen juga merupakan suatu usaha untuk membimbing setiap pribadi bertumbuh sesuai dengan dasar kristen melalui cara-cara mengajar yang cocok agar mengetahui dan mengalami maksud dan rencana Allah (Roma 8:29). Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru diharapakn mampu menggunakan model pembelajaran yang membuat siswa aktif dan memudahkan siswa untuk memahami materi. Dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru perlu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk memudahkan siswa belajar pendidikan agama Kristen yang tentunya disesuaikan dengan kondisi siswa dan kondisi materi yang akan diajarkan sehingga diharapkan hasil belajar siswa baik.
Hasil belajar SMP Negeri 1 Doloksanggul kelas VIII dilihat dari hasil nilai ulangan harian didapatkan banyak siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum memenuhi. KKM disekolah tersebut yaitu 70 dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku kurang lebih 75% (Mulyasa, 2009:218). Hasil observasi diperoleh nilai ulangan harian kelas VIII yang berjumlah 30 siswa, yang tidak tuntas dalam belajar berjumlah 11 siswa dengan presentase ketuntasan 62,1 %. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar pendidikan agama Kristen siswa SMP Negeri 1 Doloksanggul kurang baik. Setelah dilaksanakan wawancara dan pengamatan dilapangan, ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu antara lain: banyaknya siswa yang pasif baik dalam bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan, model pembelajaran guru yang kurang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, tidak adanya penilaian terhadap tugas.
Pada umumnya siswa menganggap pelajaran agama adalah pelajaran yang membosankan, sehingga menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran dan hasil belajarnya kurang baik. Kepasifan itu pun salah satunya dikarenakan model pembelajaran yang digunakan guru bersifat monoton, guru sering menggunakan model ceramah tanpa melibatkan keaktifan siswa. Selain itu, setiap ada penugasan baik tugas rumah maupun tugas sekolah tidak ada penilaian oleh guru. Tidak adanya penilaian terhadap tugas-tugas tersebut mengakibatkan siswa pasif, karena mereka merasa tidak penting belajar dan mengerjakan tugas kalau tidak dinilai.
 Guru hendaknya menggunakan model pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran pendidikan agama Kristen, sehingga diharapkan siswa merasa dihargai, dapat mengembangkan potensi karena adanya timbal balik/komunikasi dua arah antara guru dan siswa dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Jadi model pembelajaran yang digunakan setiap pertemuan tidak monoton hanya ceramah, tanya jawab, penugasan, dll. Akan tetapi, dalam setiap pertemuan menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, yang tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa dan materi.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti merumuskan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) Siswa Kelas VIII SMP Negeri Tahun Pelajaran 2017/2018”.

1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE) dapat meningkatkan hasil belajar agama Kristen kelas VIII SMP Negeri 1 Tahun Pelajaran 2017/2018?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan hasil belajar agama Kristen kelas VIII SMP Negeri 1 melalui penerapan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining (SFAE).
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi guru
Sebagai masukan atau alternatif untuk memvariasikan model pembelajaran.
b. Bagi peneliti
Mendapat pengalaman langsung dalam pelaksanaan model pembelajaran, menambah mengetahuan dalam bidang pendidikan dan sebagai persyaratan (unsur utama) untuk kenaikan pangkat jabatan fungsional tertentu dari golongan IIIc ke Golongan IIId.
1.5 Penegasan Istilah
a. Model pembalajaran Student Facilitator and Expalining (SFAE)
Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya.
b. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2007:5). Hasil belajar yang dimaksud disini meliputi hasil belajar ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar