Menu

Jumat, 05 Oktober 2018

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN KELAS VIII SMP NEGERI TAHUN AJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Pendidikan ialah proses internalisasi budaya ke dalam individu dan masyarakat sehingga menjadi beradab. Pendidikan bukan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, namun sebagai sarana proses pembudayaan dan penyaluran nilai (kulturasi dan sosialisasi). Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu (1) afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia serta kepribadian unggul, (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis.1
Salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir (kognitif), meningkatkan kesadaran spiritual dan sosial (afektif) serta menumbuhkan aspek keterampilan (psikomotorik) peserta didik.
Memperhatikan hal di atas dapat diambil garis bawah, ternyata titik permasalahannya berada pada pola pikir pembelajaran yang belum sempurna.Pada tahun 2013, pemerintah memberikan perubahan paradigma dalam pembelajaran.
Hal ini sesuai dengan teori belajar humanistik yang menitik beratkan pada metode student centered.Dengan menggunakan “komunikasi antar pribadi” yang berpusat pada peserta didik dengan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam suatu kehidupan.Pembelajaran Humanistik memandang manusia sebagai subjek yang bebas, merdeka untuk menentukan arah hidupnya.
Lima langkah. Dimulai dengan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, setelah itu mengasosiasikan dan yang terakhir adalah mengkomunikasikan. Dari setiap langkah pembelajaran di atas, harus melalui beberapa kegiatan belajar.
Pada langkah pertama, mengamati.Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah dengan membaca, mendengar, menyimak, melihat fakta (tanpa atau dengan alat).
Langkah kedua menanya, kegiatan pembelajarannya dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati, atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. 
Langkah ketiga dalam pembelajaran saintifik adalah mengumpulkan informasi, atau dalam keterangan lain disebutkan bahwa langkah mengumpulkan informasi dengan eksperimen. Langkah ketiga ini dilakukan dengan cara melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian, dan wawancara dengan narasumber yang berkaitan.
Langkah keempat adalah mengasosiasikan atau mengolah informasi.Langkah pembelajaran mengasosiasikan ini dilakukan dengan kegiatan pembelajaran mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan informasi (langkah pembelajaran ketiga) maupun hasil dari kegiatan mengamati (langkah pembelajaran kedua).Pengolahan informasi yang dikumpulkan melalui langkah keempat ini bersifat menambah keluasan dan kedalaman ilmu. Sampai pada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai pada pendapat yang bertentangan.
Langkah terakhir adalah mengkomunikasikan kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik, pada langkah ini adalah menyampaikan hasil pengamatan, Menyampaikan kesimpulan berdasarkan hasil lisan, tertulis atau media lainnya.
Perubahan paradigma yang ditawarkan pemerintah dan langkah-langkah pembelajaran saintifik harus diaplikasikan pada semua mata pelajaran tidak terkecuali pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen. Dalam perspektif pendidikan agama Kristen, perubahan paradigma yang ditawarkan pemerintah menjadi masukan. Pendidikan Agama Kristen menganggap perubahan paradigma tersebut sebagai perubahan pada metode. Posisi metode dalam pembelajaran menjadi hal yang penting guna memudahkan peserta didik menangkap pelajaran.
Inovasi yang dilakukan pemerintah mengenai perubahan paradigma pembelajaran dan kurikulum pada tahun 2013, mengakibatkan ada beberapa sekolah tingkat menengah yang diinstruksikan untuk menjalankan kurikulum 2013.
Penerapan kurikulum 2013 memerlukan perubahan paradigma pembelajaran, dimana peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis (mengasosiasikan) data, dan mengomunikasikan hasil belajar yang disebut Pendekatan Saintifik.
Pendekatan ini perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk belajar mandiri dan berpikir kreatif. Untuk dapat menerapkan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013, guru perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang pendekatan saintifik Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa standar proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik.
Dengan adanya peraturan menteri tentang penerapan pendekatan saintifik diharapkan guru mampu memberikan esensi yang baik terhadap pembelajaran sehingga peserta didik mampu memahami materi yang disampaikan. Dengan demikian pembelajaran yang diharapkan mampu melahirkan generasi yang religious dan mengamalkan apa yang peserta didik peroleh dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah sendiri dan mampu bersikap mandiri untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik.  
Berangkat dari masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Implementasi Pendekatan Saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Kelas VIII SMP Negeri  Tahun Ajaran 2015/2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.      Bagaimana Penerapan Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas VIII di SMP Negeri?
2.      Apa Kendala-kendala dalam Penerapan Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas VIII di SMP Negeri ?
C. Definisi Operasional
1. Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone dan Wildavsky (1979) mengemukakan implementasi sebagai evaluasi; Browne & Wildavsky (1983) juga mengemukakan bahwa Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan (dalam Pressman dan Wildavsky, 1984); Implementasi merupakan aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughlin (dalam Mann, 1978).
Pengertian lain dikemukakan oleh Schubert (1986) bahwa implementasi merupakan sistem rekayasa. Dalam hal ini penulis lebih mengartikan implementasi sebagai penerapan suatu proses yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.20 
2. Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach).Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dipadu padankan dengan suatu proses ilmiah, pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Pendekatan Saintifik merupakan Proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik  secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 
1. Tujuan Penelitian 
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini penulis  menyampaikan beberapa tujuan yaitu:
a.     Untuk mengetahui penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas VIII di SMP Negeri ?
b.     Untuk mengetahui kendala-kendala dalam penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen kelas VIII di SMP Negeri .
2. Manfaat Penelitian 
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:
a.      Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan kepada pendidik dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menarik dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dan dapat menambah khazanah keilmuan.
b.      Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk sekolah dalam menerapkan kurikulum 2013 dan pendekatan pembelajaran saintifik di semua mata pelajaran di SMP Negeri.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.     Pendekatan Pembelajaran Saintifik

Kamis, 04 Oktober 2018

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAHUN AJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah memiliki kontribusi yang besar terhadap kemampuan dan pengalaman manusia. Ada beberapa unsur penting didalam sebuah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah diantaranya kurikulum, pendidik dan peserta didik. Oemar Hamalik (2013:3) menjelaskan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal, secara sistematis merencanakan bermacam-macam lingkungan, yakni lingkungan pendidikan yang menyediakan berbagai kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan belajar. Dengan berbagai kesempatan belajar tersebut pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicitacitakan. Lingkungan tersebut disusun dan ditata dalam suatu kurikulum, yang pada gilirannya dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Guru sebagai tenaga pendidik dan murid sebagai peserta didik merupakan unsur utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tetapi Proses pembelajaran yang 3 dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru dan kurang melibatkan murid secara langsung.
Dalam penyampaian materi biasanya guru menggunakan metode yang kurang bervariasi seperti terlalu sering menggunakan metode ceramah dimana guru menjelaskan materi sementara peserta didik hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif karna peserta didik cenderung pasif serta kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman dan penguasaan peserta didik terhadap materi yang disampaikan oleh guru menjadi kurang dan peserta didik hal ini tentu dapat berpengaruh pada hasil belajar peserta didik.
Belajar merupakan sebuah unsur yang tidak dapat di pisahkan bahkan di hapuskan dalam proses pendidikan. kerena pada dasarnya Belajar merupakan sebagai sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut di tampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku. Belajar juga dapat di artikan sebagai suatu perubahan yang relativ permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil dari latihan pengetahuan (Tafsir, 2002: 60).
Dalam proses Belajar mengajar, seorang guru dapat menentukan peningkatan Kualiatas mutu pendidikan yang diperoleh Siswa, terutama dalam proses belajarnya. Hal itu tergantung pada bagaimana guru bisa melakukan penguasaaan kelas, jika guru mampu mengelola kelas dengan baik maka tujuan pemebelajaran yang diinginkanpun akan mendapatkan hasil yang baik pula, begitupun sebaliknya. Sehingga kebutuhan ataupun tujuan akhir yang harus diperoleh siswa yakni penguasaan siswa terhadap pengetahuan (Kognitif), perubahan Nilai dan sikap (Afektif) dan peningkatan Keterampilan (Psikomotor) menunjukan keberhasilan Belajar yang telah tercapainya.
Menurut Hamalik (2006:30), hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sejalan dengan pendapat tersebut Sudjana (2003:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Oleh sebab itu Hasil belajar juga menjadi tolak ukur bagi guru dalam menentukan berhasil tidaknya proses pembelajaran yang dilakukannya dan menjadi koreksi untuk perbaikan kedepannya.
Selanjutnya dari hasil observasi yang penulis lakukan di Kelas IV SD Negeri, pada populasi penelitian, penulis menemukan Fakta bahwa selama Proses Pembelajaran Berlangsung, kegiatan belajar siswa hanya sebatas Duduk, mendengarkan, dan menulis kembali materi yang di paparkan oleh guru, kemudian proses pembelajarannya cenderung berpusat pada Guru (Teacher Centered), siswa  jarang sekali untuk mengajukan pertanyaan ataupun menanggapi apa yang diutarakan oleh guru dan lebih cenderung Pasif dan Hasil Belajar Siswanya pun kebanyakan masih di bawah KKM yakni berkisar Pada 50,03%.
Untuk Meningkatkan Hasil belajar dan keaktifan Siswa tersebut, maka penulis mencoba memberikan suatu altrnatif model pembelajaran yang berorientasi pada siswa dan membina seluruh potensi siswa. Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk mencoba menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Take and Give. Adapun Pengertian Model Pembelajaran Take and Give ini adalah suatu tipe pembelajaran yang mengajak siswa untuk saling berbagi mengenai materi yang di sampaikan oleh guru, dengan kata lain tipe ini melatih siswa terlibat secara aktif dalam menyampaikan materi yang mereka terima ke teman atau siswa yang lain secara berulang-ulang.
Selain itu juga model pembelajaran tipe take and give merupakan tipe pembelajaran yang memiliki tujuan untuk membangun proses pembelajaran yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme yang penuh dari peserta didik. serta dapat memberikan keleluasaan siswa untuk mengekpresikan dirinya dan berinteraksi secara baik terhadap teman-temannya, siswa juga di tantang untuk lebih aktif selama proses pembelajaran berlangsung, dan juga melatih siswa untuk bekerja sama sehinggga pada akhirnya siswa dapat menghargai kemampuan orang lain. (Siti Amaliah, 2011: 6)
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lapangan yang berjudul: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe  Take and Give Pada Siswa Kelas IV SD Negeri  Tahun Ajaran 2015/2016.
  
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan model Pembelajaran take and give?
2.  Adakah peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IV SD Negeri dengan menerapkan model pembelajaran take and give pada bidang studi Pendidikan Agama Kristen?
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.         Menegetahui aktivitas siswa dan guru pada setiap tahapan model pembelajaran take and give.
2.  Mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa kelas IV SD Negeri setelah menggunakan model pembelajaran take and give pada bidang studi Pendidikan Agama Kristen.
D.     Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi pengembangan pembelajaran antara lain:
1.  Bagi siswa, bisa memberikan nuanasa baru dalam Proses pembelajaran dengan menggunakan metode belajar aktif, kreatif dan menyenangkan yang lebih berpusat pada siswa sehingga Prestasi Belajar Kognitif siswa dapat meningkat.
2.  Bagi guru, sebagai inovasi dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen yang berpusat pada siswa dalam rangka peningkatan prestsi belajar kognitif siswa.
3.  Bagi lembaga, dapat memberikan informasi sebagai upaya peningkatan mutu proses  pendidikan.
E.     Kerangka Berfikir
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru memegang peranan yang sangat penting. Proses belajar mengajar yang di lakukan oleh Guru haruslah melahirkan perubahan tingkah laku yang berarti (permanen) pada peserta didik. Perubahan tingkah laku ini dapat berupa perubahan kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2008: 4).


BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR
A.     Landasan Teori
1.  Pendidikan Agama Kristen
Secara etimologi (asal usul kata), pendidikan berasal dari kata education (Inggris), kemudian dalam bahasa Latin dipakai kata “ducere” artinya membimbing. Berdasarkan arti etimologi ini, pendidikan dapat kita maknai dalam pengertian “usaha membimbing ke luar.” Usaha ini tentunya didasarkan pada kesadaran dan dalam perencanaan dan pelaksanaannya bersifat sistematis dan berlangsung secara berkelanajutan dengan maksud untuk mewariskan pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai serta ketrampilan-ketrampilan yang menolong (memperlengkapi anak) dalam kehidupannya di masyarakat.
Bila arti etimologi di atas kita hubungkan dengan Kristen maka pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen diartikan usaha sadar, terstruktur (sistematis) yang bertujuan memberi perubahan kepada anak dalam kemampuan berpikir (pengetahuan), kemampuan sikap dan ketrampilannya yang didasarkan pada nilai-nilai Kristen yang bersumber dari Alkitab sehingga menolong anak untuk mampu hidup dalam masyarakat.
Jadi, pendidikan Kristen atau Pendidikan Agama Kristen di keluarga, Gereja dan Sekolah Formal (Swasta dan negeri) adalah pendidikan yang didasarkan pada upaya ilahi (tindakan Allah Tritunggal) yang mengajar melalui atau mengajar langsung kepada anak didik (dari berbagai tingkat usia) agar mengalami perubahan hidup yang sesuai dengan kehendak-Nya.
Allah adalah pendidik utama dan pertama yang dapat mengajar umat-Nya melalui firman-Nya yang tertulis, tetapi Allah Tritunggal juga dapat mengajar melalui para orangtua Kristen, para guru di sekolah. Oleh karena itu maka siapapun yang terlibat dalam mengajar dan mendidik secara iman Kristen berarti bersedia memberi dirinya agar Allah Tringgal mengajar anak didik melalui para orangtua, khususnya para guru di sekolah.
2.    Dasar Pendidikan Agama Kristen
Landasan pembelajaran PAK merupakan acuan atau dasar pijakan, titik tumpu atau titik tolak dalam pencapaian tujuan pendidikan agama Kristen. Pendidikan agama Kristen yang diselenggarakan dengan suatu landasan yang kokoh, maka prakteknya akan mantap, artinya jelas dan tepat tujuannya, tepat pilihan isi kurikulumnya, efisien dan efektif cara-cara pendidikan yang dipilihnya, dst. Dengan demikian landasan yang kokoh setidaknya kesalahan-kesalahan konseptual yang dapat merugikan akan dapat dihindarkan sehingga praktek PAK diharapkan sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta dapat dipertanggungjawabkan.
a.  Kitab Ulangan 6:4-9
Dalam tradisi orang Israel “Shema” atau perintah Tuhan yang wajib dijalankan, karena hanya dengan pedoman itu umat tidak keluar dari pemeliharaan dan perlindungan Tuhan. Yang seutuhnya tersimpul dalam sebutan “Taurat”.
Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema, suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan, “dengarlah..”.
“Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.”(Ulangan 6:6-9)
Melalui Syema Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syema ini, pertama, harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6); kedua, harus tertanam dalam hati anak-anak Israel (ayat 7);  ketiga, harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7); keempat, harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8); dan kelima, menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (ayat 9). Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih kepada Tuhan.
b.  Injil Matius 28:20
Umat Kristen adalah umat Perjanjian Baru. Dengan latar belakang Perjanjian Lama mereka hidup dalam kemurnin perintah Tuhan Yesus. Pada saat Yesus mau meninggalkan murid-muridNya kembali ke sorga, Ia pesankan dengan jelas perintah ini: “Dan ajarlah merela melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:20).
Inti dari ajaran Tuhan Yesus adalah Hukum Kasih. Ini adalah rangkuman ringkas dari Taurat dan kitab Nabi-nabi;
1. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap   jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
2. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:37,39)[1][3]
3. Tujuan Pendidikan Agama Kristen
”Thomas M. Groome dalam bukunya yang berjudul ”Christian Religius Education” mengedepankan bahwa tujuan pendidikan Agama Kristen adalah agar manusia mengalami hidupnya sebagai respon terhadap kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus ”. Di indonesia dalam sisdiknas Pendidikan Agama Kristen tujuannya menumbuhkan dan mengembangkan iman serta kemampuan siswa untuk dapat memahami dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara teknis operasionalnya dapat dijabarkan dalam tujuan dan fungsinya sebagai berikut:
1. Tujuan
       a. Tujuan Umum
1. Memperkenalkan Tuhan, Bapa, Putera, dan Roh Kudus dan karya-karyaNya.
2.  Menghasilkan manusia yang mampu menghayati imannya secara   bertanggungjawab di tengah masyarakat yang pluralistik.
b. Tujuan Khusus
Menanamkan pemahaman tentang Tuhan dan karnyaNya kepada siswa, sehingga mampu memahami dan menghayati karya Tuhan dalam hidup manusia.
2. Fungsi
a.  Memampukan anak didik memahami kasih dan karya Tuhan dalam hidupsehari-hari
b. Membantu anak didik dalam mentransformasikan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari


Rabu, 03 Oktober 2018

MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN PENERAPAN METODE SOSIODRAMA KELAS VI SD NEGERI TAHUN PELAJARAN 2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Manusia yang berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka pendidikan memiliki peranan yang sangat penting terhadap kehidupan manusia. Oleh karena itu, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memajukan pendidikan yaitu dengan menumbuhkan motivasi dan semangat belajar siswa.
Pada kenyataannya masih banyak siswa yang menganggap bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang membosankan, mereka hanya mendengarkan guru menjelaskan materi pelajaran, tanpa adanya suatu tindakan atau kegiatan sebagai pengalaman dalam belajar. Peneliti masih cenderung menggunakan metode pembelajaran yang konvensional serta materi pembelajaran tidak sepenuhya dapat dipahami oleh siswa. Sehingga pembelajaran yang terjadi masih bersifat teacher centered atau pembelajaran yang berpusat pada guru.
Berdasarakan pengalaman meng-ajar yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang nilainya selalu kurang dari KKM. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar pendidikan agama Kristen pada siswa kelas VI SD Negeri dapat dilihat dari hal-hal berikut: 1) Adanya pembelajaran yang terpusat pada guru, dimana guru menerangkan materi pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan penjelasan guru; 2) Dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional, sehingga siswa merasa bosan dan malas dalam mengikuti pembelajaran; 3) Media pembelajaran kurang menarik, dimana guru hanya memakai papan tulis saja sehingga siswa difungsiskan untuk melihat dan mendengarkan ceramah guru saja. Kurangnya motivasi siswa dalam belajar ini, akan sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut peneliti untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menerapkan metode Sosiodrama.
Salah satu metode pembelajaran yang kreatif adalah metode sosiodrama yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mendramatisasikan tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia.
Wina Sanjaya (2006: 159) mengatakan bahwa Sosiodrama termasuk dalam metode simulasi yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Abdul Azis Wahab (2009: 109) Sosiodrama yaitu berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode Sosiodrama merupakan salah satu metode pembelajaran yakni siswa melakukan kegiatan memainkan peran tokoh lain dengan penuh penghayatan dan kreativitas berdasarkan peran suatu kasus yang sedang dibahas sebagai materi pembelajaran pada saat itu. Melalui penerapan metode ini diharapkan siswa mampu memfokuskan pikiran, kemampuan, dan pengetahuan yang mereka miliki ke dalam perannya sehingga siswa akan lebih mudah mengorganisasikan ide-ide dan gagasannya dalam bahasa lisan.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi masalah yang diteliti sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Sosiodrama; (2) Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VI SD Negeri 173333 Lintongnihuta Kecamatan Lintongnihuta Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun Pelajaran 2014/2015; (3) Penelitian ini untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah penerapan metode Sosiodrama dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan agama Kristen kelas VI SD Negeri ? (2) Apakah penerapan metode Sosiodrama dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VI SD Negeri ? (3) Bagaimana metode Sosiodrama dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pendidikan agama Kristen siswa kelas VI SD Negeri?
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen melalui penerapan metode Sosiodrama; (2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen melalui penerapan metode Sosiodrama; (3) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Berdasarkan dari permasalahan di atas tersebut, maka guru sebagai peneliti tertarik untuk menulis PTK yang  berjudul “Meningkatkan Partisipasi Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan Penerapan Metode Sosiodrama Kelas VI SD Negeri  Tahun Pelajaran 2014/2015.

 B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen pada umumnya kurang diminati oleh siswa karena cara mengajar guru yang monoton.
2. Metode dan teknik pembelajaran yang masih konvensional dan terkadang membuat suasana belajar menjadi kurang menyenangkan.
3. Tingkat keaktifan siswa dalam belajar yang masih rendah.
4. Kurangnya respon siswa untuk memperhatikan penjelasan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari:
1. Metode yang digunakan yaitu Bermain Peran (Sosiodrama).
2. Minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam
penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut bisa dirumuskan yaitu:
1.  Bagaimana penerapan metode Sosiodrama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen?
2.  Bagaimana minat belajar Pendidikan Agama Kristen siswa setelah penerapan metode Sosiodrama?


E. Tujuan Penelitian
1.  Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan pembelajaran metode Sosiodrama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di SD Negeri.
2.  Untuk mengetahui minat belajar siswa setelah diterapkan Metode Pembelajaran Sosiodrama mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen pada Siswa SD Negeri.
F. Kegunaan Hasil Penelitian.
a.  Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal.
b.  Bagi Guru, di harapkan dapat mengunakan metode variatif, yaitu menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif , salah satunya adalah metode pembelajaran Sosiodrama, agar proses belajar mengajar menjadi aktif, efektif dan menyenangkan.
c. Bagi Siswa, di harapakan berani mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang mereka miliki, dan juga dapat meningkatkan minat dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen, sehingga mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan.
  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI PADA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI KELAS V SD NEGERI TAHUN AJARAN 2016-2017

BAB I
PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diharapkan dapat membentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, memiliki pengetahuan dan budi pekerti luhur sehingga mereka mampu bersaing dalam kehidupan.
Guru sebagai unsur pokok penanggung-jawab terhadap pelaksanaan dan pengembangan proses belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa. Untuk mencapai efektifitas dan efisiensi tersebut, maka diperlukan adanya strategi yang tepat dalam mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan.
Berdasarkan keterangan di atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di suatu sekolah pada hakikatnya adalah upaya yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa belajar di SD Negeri Tahun Ajaran 2016-2017 masih banyak guru yang mengalami kesulitan dalam menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang diharapkan. Karena guru dituntut untuk mengejar target materi yang cukup banyak dan harus diselesaikan pada setiap semester. Dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang memerlukan banyak variasi metode, media, maupun sumber belajar tak luput dari hal tersebut. Karena mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen terdapat materi yang memerlukan praktik langsung (pengamalan). Melalui praktik (pengamalan) siswa akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru. 
Keberhasilan pengajaran Pendidikan Agama Kristen juga tergantung pada keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai posisi yang sangat strategis dalam meningkatkan prestasi siswa dalam penggunaan strategi pembelajaran yang tepat.
Sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan, ditemukan sebuah pendekatan pengajaran yang disebut dengan Metode Inkuiri sebagai salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal.
Kenyataannya, model pembelajaran tersebut belum banyak diterapkan dalam proses pendidikan di Indonesia. Di samping model itu tergolong baru dan belum banyak dikenal oleh komunitas pendidikan di lndonesia, kebanyakan guru lebih suka mengajar dengan model konvensional, yaitu model pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred instruction). 
Guru bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar, menyajikan pelajaran dengan metode ceramah, latihan soal atau drill,  dengan sedikit sekali atau bahkan tanpa media pendukung. Guru cenderung bersikap otoriter, suasana belajar terkesan kaku, serius, dan mati. Hanya gurunya yang aktif (berbicara), siswanya pasif. Jika siswa tidak dapat menangkap materi pelajaran, kesalahan cenderung ditimpakan kepada siswa.
Penggunaan Metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan sangat berpengaruh pada iklim belajar di kelas. Salah satu Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa agar hasil belajarnya efektif adalah Metode Inkuiri, melalui proses Metode Inkuiri guru mencoba membangun kesadaran siswa. Bahwa siswa perlu belajar untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan siswa dari pengalaman belajarnya berdasarkan pengetahuan yang dimiliki.
Di samping itu Metode Inkuiri lebih cepat mempengaruhi daya ingat siswa dalam menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru. Karena sistem yang disampaikan siswa berhadapan dan memperaktekkan langsung dengan materi yang diajarkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Inkuiri Pada Pelajaran Pendidikan Agama Kristen di Kelas V SD Negeri Tahun Ajaran 2016-2017”.
B. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Minat anak yang tidak mau mengikuti pembelajaran. 
2. Motivasi anak yang tidak didapat dalam pembelajaran.  
3.  Lingkungan anak yang tidak mendukung sehingga mengganggu semangat belajar anak. 
4. Media yang digunakan oleh guru ketika pembelajaran. 
5. Metode yang dilakukan oleh guru ketika mengajar.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari:
1. Metode yang digunakan yaitu metode Inkuiri
2. Minat dan hasil belajar siswa terhadap pelajaran pendidikan agama Kristen yang rendah.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian tindakan kelas. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut bisa dirumuskan yaitu:
1.  Bagaimana penerapan metode Inkuiri dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen?
2.  Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa setelah penerapan metode Inkuiri?
E. Tujuan Penelitian
1.  Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan pembelajaran metode Inkuiri pada mata pelajaran Pendidikan Agama Agama Kristen di SD Negeri.
2.  Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah diterapkan Metode Pembelajaran Inkuiri  pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen pada siswa SD Negeri.
F. Manfaat Hasil Penelitian.
a.  Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal.
b.  Bagi Guru, di harapkan dapat mengunakan metode variatif, yaitu menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif , salah satunya adalah metode pembelajaran Inkuiri, agar proses belajar mengajar menjadi aktif, efektif dan menyenangkan.
c. Bagi Siswa, di harapakan berani mengemukakan pendapat, ide dan gagasan yang mereka miliki, dan juga dapat meningkatkan minat dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen, sehingga mendapatkan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang di harapkan.
d. Bagi Peneliti, sebagai unsur utama dalam persyaratan pengajuan untuk kenaikan pangkat/golongan dari IIIc ke IIId.