Menu

Minggu, 28 Oktober 2018

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SISWA KELAS VI SD SWASTA TAHUN AJARAN 2017/2018

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok individu dalam upaya mendewasakan manusia melalui kegiatan pengajaran dan pelatihan. “Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global” (Mulyasa, 2006: 4). Pendidikan di Negara kita saat ini masih belum mencapai sepenuhnya tujuan pendidikan nasional. Seperti yang dituangkan dalam Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Suatu proses pendidikan akan terlaksana dengan adanya pendidik dan peserta didik, jika salah satu tidak ada maka tidak akan tercipta suatu proses pendidikan yang kita kenal sebagai kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini seorang pendidik mengajarkan apa yang dia miliki kepada peserta didik dengan berbagai cara dan metode yang diterapkanya untuk bisa diserap oleh peserta didik dengan baik. Tentunya seorang pendidik juga harus mengajarkan agar peserta didik mempunyai sikap, watak, dan kepribadian yang baik, bahakan lebih baik dari sebelumnya. Dengan adanya pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar terciptalah suatu proses pembelajaran.
Proses pembelajaran terdiri dari komponen-komponen penting yang saling berkaitan satu dengan lainya. Interaksi pendidik dengan peserta didik memegang peranan penting dalam mencapai tujuan suatu pembelajaran yang diinginkan. Seorang pendidik memiliki kemungkinan gagal dalam menyampaikan materi di kelas, ini dikarenakan saat proses belajar mengajar terjadi kurang menarik perhatian dan aktifitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya pada pelajaran pendidikan agama Kristen. Terkadang pendidik mengalami kesulitan dalam hal menyampaikan materi kepada peserta didik, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada pelajaran pendidikan agama Kristen terbilang rendah.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran bisa dilihat dari banyaknya peserta didik yang mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut. Juga dapat dilihat dari tingkat pemahaman materi, penguasaan materi, serta hasil belajar peserta didik. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran. Seperti halnya yang diutarakan beberapa siswa di SD, mereka mengatakan “pendidikan agama Kristen itu membosankan dan kurang menarik” sehingga hasil belajar pendidikan agama Kristen siswa cenderung kurang maksimal.
Berdasarkan observasi, pembelajaran pendidikan agama Kristen di SD Swasta ditemukan beberapa kelemahan, diantaranya adalah prestasi belajar yang masih rendah pada pelajaran pendidikan agama Kristen. Hal ini ditunjukan dengan hasil belajar matematika siswa di SD Swasta  rata-rata dibawah nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah. Hal tersebut dipengaruhi oleh fakto-faktor yang mempengaruhi hasil belajar khususnya kelas VI pada pelajaran pendidikan agama Kristen, diantaranya : 1) hasil belajar siswa dalam pelajaran pendidikan Agama Kristen yang masih kurang maksimal. 2) siswa jarang mengajukan pertanyaan, walaupun guru sudah memberikan waktu untuk bertanya setelah pemberian materi. 3) kurangnya kemauan dalam diri siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan maupun pekerjaan rumah.
Selain faktor dari siswa, peranan guru juga sangat penting dalam hal ini. Kebanyakan guru di SD masih menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan metode ceramah khususnya pelajaran pendidikan agama Kristen, dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengan mencatat dan menghafal rumus- rumus matemtika. Tehnik penyampaian guru yang tidak efektif dan tidak terstruktur ini membuat siswa sulit untuk memahami apa yang hendak disampaikan oleh guru tersebut.
Menurut Slameto (2003:35) “mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, wiraswasta, berpribadi dan moral.” Pada dasarnya aktifitas dalam pembelajaran meliputi mendengar, menulis, membaca, mempresentasikan dan diskusi untuk mengkomunikasikan masalah yang ditemukan. Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, maka diskusi kelompok perlu diperhatikan dan dikembangkan lebih baik lagi.
Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa dikembangkan dan bisa meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran pendidikan agama Kristen. Dengan hasil belajar yang kurang maksimal, salah satu solusi untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa mengikuti pembelajaran secara aktif dan tanpa paksaan dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik diajak untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi melibatkan fisik juga. Dari sekian banyak model pembelajaran aktif, salah satunya adalah model pembelajaran snowball throwing yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan di atas.
Model pembelajaran snowball throwing merupakan suatu cara penyajian dengan kreativitas siswa dalam membuat soal pendidikan agama Kristen dan menyelesaikan soal yang dibuat oleh temanya dengan jawaban sebaik mungkin. Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen melibatkan siswa untuk mampu berperan aktif dengan bimbingan guru tentunya, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep ini dapat terarah lebih baik dan tidak terlalu jauh melenceng dari konsep.
Berdasarkan hal di atas yang sudah peneliti uraikan, maka peneliti akan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai alternative untuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa serta menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, tertarik, bertanggung jawab dan bersikap positif terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.  
Maka dari itu guru akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas VI SD Swasta  Tahun Ajaran 2017/2018”.
 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah dari PTK  ini adalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar mapel Pendidikan Agama Kristen materi pokok Hidup Beriman semester ganjil kelas VI SD Swasta  tahun ajaran 2017/ 2018?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dengan model pembelajaran Snowball Throwing dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
b.  Dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing diharapkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa meningkat.
2. Bagi Guru
Dapat mengenalkan suatu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan pada siswa sehingga menambah variasi dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Kristen.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi Peneliti
  1. Pelaksanaan materi ini dapat menambah wawasan baru dalam model pembelajaran Snowball Throwing bisa digunakan dalam  proses mengajar di masa mendatang.
  2. PTK ini merupakan persyaratan untuk kenaikan pangkat dari golongan IIIc ke IIId.
  
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hasil 

Rabu, 24 Oktober 2018

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MELALUI PENERAPAN METODE PROYEK SISWA KELAS IV SD NEGERI TAHUN AJARAN 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lemahnya proses pembelajaran yang dikembangkan guru dewasa ini, merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dilaksanakan sesuai dengan kemampuan dan selera guru. Padahal pada kenyataannya kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran tidak merata sesuai dengan latar belakang pendidikan guru serta motivasi dan kecintaan mereka terhadap profesinya. Ada guru yang dalam melaksanakan pengelolaan pembelajarannya dilakukannya dengan sungguh-sungguh melalui perencanaan yang matang, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada dan memerhatikan taraf perkembangan intelektual dan perkembangan psikologi belajar anak. Guru yang demikian akan dapat menghasilkan kualitas lulusan yang lebih tinggi dibandingkan dengan guru yang dalam pengelolaan pembelajarannya dilakukan seadanya tanpa mempertimbangkan faktor yang bisa mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran. 
Pendidikan Agama Kristen memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai, dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut maka pendidikan merupakan suatu proses belajar yang harus dilalui oleh seseorang agar terjadi perubahan tingkah laku. Salah satunya adalah melalui Pendidikan Agama Kristen. Rendahnya hasil belajar siswa menurut analisa penulis dipengaruhi oleh cara belajar yang kurang melibatkan siswa dan terkesan monoton. Guru cenderung menyampaikan materi pelajaran dengan ceramah, pembelajaran berkelompok, namun hanya sebahgian siswa yang tergolong aktif. Guru telah berupaya untuk melakukan upaya untuk memperbaiki hasil belajar Pendidikan Agama Kristen seperti dengan membuat tugas yang harus dikerjakan siswa di sekolah maupun di rumah, maupun belajar kelompok namun belum memberikan hasil yang optimal. Upaya yang dilakukan belum mampu meningkatkan nilai ketuntasan belajar siswa. 
Berdasarkan observasi di kelas IV SD Negeri  juga   ditemui gejala-gejala atau fenomena pada pelajaran agama sebagai berikut:
1.      Hasil belajar yang diperoleh siswa belum optimal, hal ini terlihat dari nilai rapor khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen, dari 20 siswa terdapat 12  (60%) siswa yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) 65 yang ditetapkan.
2.      Kurangnya siswa memahami materi pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen, hal ini terlihat siswa tidak bisa menjawab pertanyan yang diberikan guru.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah menerapkan metode pembelajaran yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa yaitu supaya siswa dapat memahami pelajaran pendidikan agama Kristen dengan baik, bersemangat untuk mengerjakan latihan serta mempunyai rasa tanggung jawab dengan tugas. Salah satunya adalah dengan metode Proyek.
Salah satu keunggulan metode proyek adalah dapat merombak pola pikir siswa dari yang sempit menjadi luas dan menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan, dan dalam menerapkan metode proyek siswa dibina dengan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan permasalah di atas, maka penulis tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan kelas sebagai upaya perbaikan terhadap pembelajaran dengan judul : “Peningkatan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen melalui penerapan Metode Proyek Siswa Kelas IV SD Negeri  Tahun Ajaran 2016/2017 “.
B. Definisi Istilah
1. Peningkatan
Peningkatan adalah menaikkan derajat atau taraf. Menaikkan derajat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SD Negeri.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan.
3. Pendidikan Agama Kristen
Toto Suryana menyatakan bahwa Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang menjadi dasar dan pedoman  hidup bagi manusia dalam mengatur kehidupannya baik dalam hubungannya dengan Allah, hubungan dengan sesama manusia serta hubungannya dengan alam secara keseluruhan yang terdiri dari aspek-aspek yang berkaitan dengan keyakinan atau credial, yaitu aturan yang mengatur keyakinan seorang terhadap Allah .
4. Metode  proyek
Metode Proyek adalah cara atau proses pembelajaran yang terpadu atau unit yang merupakan satu kesatuan yang mempunyai bagian-bagian, diantara bagian yang satu dan bagian yang lainnya tidak dapat dipisahkan.
C. Perumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah diatas, maka  penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah peningkatan hasil belajar melalui penerapan Metode Proyek pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen siswa di kelas IV SD Negeri?
D. Tujuan dan Manfaat  Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode proyek dapat meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa Kelas IV SD Negeri.
 2. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut:
a.       Penelitian ini merupakan salah satu usaha untuk memperdalam dan memperluas ilmu pengetahuan penulis.
b.         Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu dan mempermudah pengambilan tindakan perbaikan untuk selanjutnya, terutama dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa.
c.         Bagi pihak guru penelitian ini bisa menjadi pedoman dalam mengambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan hasil belajar.
d.        Bagi pihak sekolah sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi arsip dan menjadi petunjuk sekolah dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan hasil belajar siswa.

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kerangka Teoretis
1. Pengertian Hasil Belajar

PEMANFAATAN MEDIA CETAK UNTUK PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SISWA KELAS V SD NEGERI TAHUN PELAJARAN 2014/2015


BAB I
PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah 
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat dikongkritkan dengan kehadiran media.
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam proses pembelajaran bukanlah suatu hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, akan tetapi seorang pendidik dituntut untuk bekerja keras mulai dari harus menguasai materi, menyajikan bahan dengan metode yang tepat, mengkondisikan kelas dengan baik, sampai cara memanfaatkan dan mempergunakan media ketika proses belajar mengajar berlangsung. Keberadaan media sangat mendukung keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik. Untuk mencapai target tersebut, guru sebagai pembawa pesan perlu menggunakan media yang tepat dan dapat menarik minat siswa serta mudah dijangkau salah satunya dengan menggunakan media pendidikan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menggunakan media cetak materi yang harus dipelajari disajikan dengan lebih ringkas dan sesuai tema tertentu. Penggunaan metode belajar dapat dikondisikan sesuai dengan kerumitan materi yang diajarkan. Metode tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, kelompok, debat aktif maupun jenis metode lainnya yang sesuai dengan jenis media cetak yang digunakan oleh guru. Keberadaan media cetak dapat menghindari kelemahan siswa dalam belajar serta meningkat keaktifan siswa dalam kegiatan belajar, misalnya penggunaan media buku, siswa dapat membaca berbagai buku yang berkaitan dengan materi atau tema yang diberikan guru, dengan demikian wawasan bacaan atau informasi dari media buku dapat disalurkan dalam kegiatan belajar dalam mengamati dan memberikan arahan terhadap wawasan yang didapatkan siswa dari media buku tersebut. 
Media pengajaran menurut B. Suryosubroto diartikan sebagai “sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Ada tiga jenis media ialah audio, media visual dan media audio visual.”
Kedudukan media cetak dalam proses belajar mengajar pada Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen sangat menentukan, sebab meskipun seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajaran telah menguasai materi dengan baik dan sudah menggunakan metode yang tepat, namun jika tidak digunakan media dalam menyajikan materi secara praktis, maka tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara optimal. Hal seperti ini mengingat media merupakan sarana untuk membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan dengan indra pendengaran dan penglihatan. Dengan adanya media dapat mempercepat proses pembelajaran, karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat.
Media pendidikan merupakan sarana dan prasarana untuk menunjang terlaksana kegiatan pembelajaran tentunya perlu mendapatkan perhatian tersendiri. “Keberadaannya tidak dapat diabaikan begitu saja dalam proses pendidikan, khususnya dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan tanpa adanya media pendidikan, pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.”Termasuk dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan kedudukan media sangat penting dalam melaksanakan proses pembelajaran dan dapat membantu guru dalam meyampaikan materi secara praktis, karena itu tanpa adanya media pelaksanaan pendidikan tidak akan berjalan dengan baik termasuk proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. 
 Keberadaan media mempunyai arti yang cukup penting dalam pembelajaran, karena media dapat membantu memperjelas materi yang masih samar dan kurang di pahami oleh peserta didik. 
 Dapat di pahami bahwa keberadaan media sangat mendukung keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik dan mantap. Untuk mencapai target tersebut, guru sebagai pembawa pesan perlu menggunakan media yang tepat dan dapat menarik minat siswa serta mudah dijangkau, salah satunya dengan menggunakan media pendidikan. 
Kenyataan yang sering terjadi dalam kegiatan proses belajar mengajar guru masih jarang memanfaatkan media, mereka hanya menjelaskan materi yang terdapat dalam buku paket saja dan amat sedikit menggunakan majalah, modul, lembar kerja. Padahal seorang guru dituntut lebih kreatif dalam menyajikan materi seperti mempergunakan media sebagai alat bantu untuk memperjelas materi yang masih sulit dipahami siswa. 
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan media cetak merupakan proses pengenalan terhadap ide maupun gagasan baru yang di alami oleh siswa dalam memahami apa yang diterimanya dari guru yang mengajar Pendidikan Agama Kristen, sehingga masalah pemanfaatan media cetak dalam meningkatkan penguasaan materi Pendidikan Agama Kristen, merupakan masalah yang akan menarik untuk diteliti. 
Berdasarkan dari permasalahan di atas maka yang akan menjadi judul penelitian tindakan kelas ini adalah “Pemanfaatan Media Cetak Untuk Peningkatan Penguasaan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas V SD Negeri  Tahun Pelajaran 2014/2015” 

B. Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengaruh media cetak dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada siswa kelas V SD Negeri?
2.    Bagaimana kompetensi guru dalam pemanfaatan media cetak untuk peningkatan penguasaan materi Pendidikan Agama Kristen siswa kelas V SD Negeri ?
3.    Bagaimana problematika dan usaha solusi yang dihadapi oleh guru dan pemanfaatan media cetak untuk peningkatan penguasaan materi Pendidikan Agama Kristen siswa kelas V SD Negeri ?   
 C. Penjelasan Istilah 
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menyajikan beberapa penjelasan untuk menguraikan istilah-istilah yang terdapat pada kata atau kalimat yang berhubungan dengan maksud serta menjadi tujuan penulisan ini.
Hal ini penulis lakukan adalah semata-mata agar terhindar dari pola asumsi  yang salah dalam memahami isi karya ilmiah ini bagi penulis sendiri maupun para pembaca pada umumnya.  Materi merupakan salah satu unsur atau komponen yang penting artinya untuk mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Materi pelajaran terdiri fakta-fakta, generalisasi, konsep, hukum  atau aturan, dan sebagainya. Yang terkandung dalam mata pelajaran.
  Adapun istilah-istilah yang perlu penulis jelaskan di sini adalah: 
1. Pemanfaatan Media Cetak
 Pemanfaatan merupakan upaya menggunakan suatu benda atau alat sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan baik. Pemanfaatan merupakan aktivitas penggunaan media untuk menunjang proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efesien. 
Media cetak adalah suatu media yang statis dan mengutamakan peran peran visual. Media ini terdiri dari buku teks, modul, buku petunjuk, lembar lepas, lembar kerja, dan sebagainya pada umumnya berisi materi pembelajaran yang dapat diakses dan dibaca oleh siswa langkah demi langkah sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas yang penulis maksud dengan pemanfaatan media cetak adalah memanfaatkan media cetak dalam proses belajar mengajar agar lebih efektif dan efesien.
2. Peningkatan Penguasaan Materi 
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia peningkatan adalah kata kerja dengan arti: menaikkan, mempertinggi, dan memperhebat. Penguasaan adalahmproses, cara, perbuatan menguasai atau menguasakan, pemahaman atau kesanggupan untuk mengunakan pengetahuan, kepandaian. Kata penguasaan juga dapat diartikan kemampuan seseorang dalam sesuatu hal
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian 
Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 
1.    Untuk mengetahui pengaruh media cetak dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen pada siswa kelas V SD Negeri. 
2.    Untuk mengetahui kompetensi guru dalam pemanfaatan media cetak untuk peningkatan penguasaan materi Pendidikan Agama Kristen pada siswa kelas V SD Negeri . 
3.    Untuk mengetahui problematika dan usaha solutif yang dihadapi oleh guru dan pemanfaatan media cetak untuk peningkatan penguasaan  materi Pendidikan Agama Kristen pada siswa kelas V SD Negeri. 
Melaui metode penggunaan media ini, siswa dapat belajar dan membaca dengan penglihatannya sendiri dan tidak hanya mendengar metode ceramah dari guru tanpa menggunakan media, maka murid susah memahami isi dari materi pelajaran tersebut. 
BAB II
LANDASAN TOERI
 A. Definisi Media Cetak
Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah “tengah, perantara atau pengantar”. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Kamis, 18 Oktober 2018

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING (DD/CT) SISWA KELAS VI SD NEGERI TAHUN AJARAN 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Sistem dapat diartikan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada tiga ciri utama sistem. Pertama, suatu sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, sistem harus ditunjang oleh berbagai komponen.
Setiap pembelajaran memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Untuk mencapai semua itu perlu adanya model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Menurut Wina Sanjaya, “Proses pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi antara guru dengan siswa melalui bahasa verbalis sebagai media primer dalam penyampaian materi pelajaran.”
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting. Sebab guru masih dianggap sebagai unsur penentu dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang maksimal. Peranan guru, selain mengajar, mendidik, dan melatih siswa, guru hendaknya mampu memberikan motivasi belajar siswa. Di antara usaha munculnya motivasi pada diri siswa banyak dipengaruhi oleh guru dan media pendukung apa yang digunakan dalam pembelajaran.Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. Melalui pendidikan diharapkan harkat dan martabat masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun internasional.
Kualitas pendidikan yang baik berfungsi mendorong perubahan agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan dapat dibentuk manusia yang berakhlak mulia, berilmu, cakap, peka terhadap masalah sosial, serta mampu menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, peningkatan dan penyempurnaan mutu pendidikan senantiasa dilakukan agar menghasilkan manusia yang semakin berkualitas.
Proses belajar mengajar di dalam kelas sangat bergantung dengan bagaimana guru menyajikan pembelajaran tersebut kepada siswa. Jika seorang guru hanya berdiri di depan kelas dengan menyampaikan materi secara verbal tanpa dibantu dengan media pembelajaran yang mampu memvisualisasikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan, maka sangat dimungkinkan siswa akan merasa bosan dan sulit untuk memahami materi dengan baik.
Standar Nasional Pendidikan menjelaskan, terdapat standar proses yang menjadi kegiatan utama dalam meraih ilmu di sekolah. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk giat, serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik dalam menyalurkan bakat, minat dan potensi. Proses tersebut menentukan hasil pembelajaran peserta didik. Selain standar proses, adapula standar tenaga pendidikan. Tenaga pendidik atau guru, merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam proses pembelajaran. Guru menjadi agen perubahan dalam pendidikan khususnya di Indonesia. Guru juga yang menjadi kunci keberhasilan bagi peserta didik dan institusi yang menaungi jabatan atau profesinya. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah yakni faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah: kecerdasan, bakat, minat, motivasi diri, disiplin diri dan kemandirian.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa adalah dapat berupa lingkungan alam, kondisi sosial, ekonomi, lingkungan sekolah, guru, kurikulum dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Dari faktor-faktor tersebut yang paling menentukan adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri untuk menentukan keberhasilan dalam belajar. Sebab dalam proses belajar adalah siswa tersebut sebagai subyek belajar Dalam hal ini faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa adalah penggunaan sumber belajar di sekolah, hal ini meliputi sumber belajar tercetak, non cetak, fasilitas belajar ataupun lingkungan sekolah. Selain itu untuk memperoleh pengalaman dan untuk latihan yang baik diperlukan adanya sumber belajar yang baik. Sumber belajar merupakan sesuatu yang penting karena dapat turut memperlancar proses belajar mengajar (PBM).
Guru bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan siswa. Tanpa disadari faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran , kemauan, dan keterlibatan siswa, maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar siswa ditutut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki kesadaran, kemauan, dan motivasi dari dalam diri siswa bukan semata-mata tekanan guru maupun pihak lain.
Adanya inovasi-inovasi di bidang pendidikan ini akan memberikan harapan besar bagi peningkatan mutu lulusan pendidikan. Untuk itu dengan adanya inovasi pembelajaran yang berbasis Deep Dialog/Critical Thinking ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sehingga mampu mengangkat nama Indonesia dan membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (Teacher centered approach).
Pendekatan dengan berbasis Deep Dialog/Critical Thinking mampu menjadi penggerak yang unggul untuk membantu peserta didik belajar karena Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti multiple intelligences, belajar aktif, keterampilan proses ataupun Partnership Learning Methode. Dengan begitu, maka guru dapat memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan monoton.
Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional, sehingga dapat meningkatkan peserta didik untuk berfikir mandiri. Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah.
Seperti halnya pelajaran pendidikan agama Kristen, banyak siswa menganggap bahwa mata pelajaran pendidikan agama Kristen adalah mata pelajaran yang penuh dengan hafalan dan membosankan. Kecenderungan ini menyebabkan rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Siswa menjadi pasif, bahkan siswa lebih sering bergurau dan gaduh di dalam kelas. Kemampuan berpikir kritis siswa juga rendah. Siswa hanya sekedar menghafal materi tanpa memiliki keinginan untuk mengemukakan pendapat dan memecahkan masalah pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Kristen berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, maka upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan minat belajar Pendidikan Agama Kristen salah satunya dengan model pembelajaran deep dialogue/ critical thinking. Model pembelajaran deep dialogue/ critical thinking adalah suatu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Maka dari itu guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Minat Belajar Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) Siswa Kelas VI SD Negeri  Parlilitan Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah dari PTKl ini adalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran  Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)  dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama kristen siswa kelas VI di SD Negeri tahun ajaran 2016/ 2017?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dengan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
b. Dengan penerapan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diharapkan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Belajar Siswa.
2. Bagi Guru
Dapat mengenalkan suatu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan pada siswa sehingga menambah variasi dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Kristen.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi Peneliti
Pelaksanaan materi ini dapat menambah wawasan baru dalam model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa digunakan dalam  proses mengajar di masa mendatang. Dan PTK ini merupakan persyaratan untuk kenaikan pangkat dari golongan IIId ke IVa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.  Model Deep Dialogue/ Critical Thinking
1.      Pengertian Model Deep Dialogue/ Critical Thinking

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE MIND MAPPING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SISWA KELAS IV SD NEGERI TAHUN AJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah
Dalam mengimbangi Ilmu Pengetahuan Teknologi (IPTEK) yang semakin canggih dan modern, dalam dunia pendidikan sangat diperlukan pembaharuan guna menghasilkan siswa/i yang berkwalitas tinggi nantinya. Pembaharuan ini dilakukan oleh pemerintah ataupun pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan. Yang semuanya membutuhkan usaha aktif dan kratif dari tenaga pendidik, oleh sebab itu guru harus bijak dalam menentukan metode yang digunakan dalam proses KBM sehingga dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif supaya proses belajar dan mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Perlu diketahui bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Atau pengertian pendidikan pada dasarnya adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak didik menjadi kedewasaan.
Pembenahan maupun pembaharuan dalam dunia pendidikan dilakukan melalui seminar, loka karya, penyempurnaan kurikulum, pelatihan-pelatihan, yang ditujukan untuk guru-guru atau tenaga pendidikan lain mengenai metode pembelajaran maupun materi pelajaran. Namun, sebuah permasalahan yang sampai saat ini masih terus terjadi dimana pendidikan adalah pengajaran yang berlangsung secara monoton sehingga terjadi kejenuhan pada siswa dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat pada saat guru menerangkan, banyak siswa yang mengantuk, mengobrol dengan sesama teman. Kejenuhan yang diakibatkan oleh monotonnya proses belajar mengajar mengakibatkannya perhatian, motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran menurun.
Permasalahan diatas dapat mengakibatkan pada rendahnya tingkat prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat pada hasil prestasi belajar siswa yang masih banyak dibawah standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan di SDN yaitu nilai 65 (enam puluh lima). Sebagai pengantisipasi masalah di atas dan untuk menumbuhkan interaksi antara guru dengan siswa secara efektif perlu diupayakan dengan menggunakan metode. Metode yang efisien, efektif dan tepat. Hal ini diharapkan supaya aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai.
Oleh karena itu metode harus dipilih sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Karena tidak ada suatu metode yang paling baik untuk semua materi, maka pemakaian metode harus disesuaikan dengan materi masing-masing. Beberapa pemakaian metode yang
harus disesuaikan dengan materi disamping untuk mencapai sasaran yang tepat, juga untuk mengurangi kejenuhan pada diri peserta didik. Perlu diingat bahwa pendidikan Agama Kristen terdapat dalam semua jenjang sejak pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Ini berarti akan terjadi pengulangan-pengulangan yang menyebabkan pada kebosanan. Oleh karena itu, kesan yang timbul kemudian adalah “menyepelekan” terhadap pendidikan agama, karena disamping materinya hanya berupa pengulangan-pengulangan, juga metode yang disampaikan tidak menarik.
Dan apabila melihat proses pendidikan selama ini terdapat kesan bahwa proses
pembelajaran kurang memperhatikan potensi serta kinerja otak, padahal jika dilatih dapat mengeluarkan cahaya pengetahuan kesegala penjuru karena jaringan syaraf otaknya berkesinambungan membentuk bulatan bola yang dihubungan oleh syaraf yang miliaran jumlahnya.
Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, timbullah suatu pemikiran dibenak peneliti untuk mencoba menawarkan sebuah inovasi baru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Mind Mapping. Dimana metode ini mengoptimalkan potensi otak dalam proses KBM. Dan diharapkan ada suasana baru dalam KBM yang bisa memfokuskan siswa pada pelajaran dan bisa meningkatkan hasil belajarnya. Sesuai dasar pemikiran, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul: “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Mind Mapping Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas IV SD Negeri  Tahun Ajaran 2015/2016”.

B. Penegasan Istilah
Guna menghindari permasalahan yang bisa menimbulkan kesalah pahaman dan ekeliruan pengertian. Dan demi kemudahan penulis maupun pembaca dalam memahami PTK ini, maka penulis akan menegaskan dan menjelaskan beberapa istilah diantaranya:
1.Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Atau hasil belajar adalah suatu aktifitas psikis atau mental yang berlangsung dalam menginteraksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas.

2. Metode Mind Mapping Metode
Mind Mapping disebut juga peta pikiran yaitu suatu cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Mind Map adalah sebenarnya suatu sistem grafis yang melibatkan seluruh potensi otak kiri dan otak kanan. Atau bisa dikatakan suatu teknik mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual, peta pikiran ini memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang dengan keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.

C.Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dihadapi diatas, maka pada penelilitian tindakan kelas ini peneliti dapat memunculkan permasalahan apakah Metode Mind Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di kelas IV SD Negeri ?

D. Tujuan Penelitian
Setelah dipaparkan tentang permasalahan yang peneliti ambil diatas, maka tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas IV SD Negeri  Tahun Ajaran 2015/2016.

E. Manfaat Penelitian
a.Secara Teoritis
Hasil penelitian atau temuannya tentang Mind Mapping ini dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya dan bidang pembelajaran agama Kristen khususnya.
b.Secara Praktis
Hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau diterapkan oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas sehari-harinya baik sebagai pengelola sekolah, guru dan siswa sendiri.
1. Bagi Guru dapat memberikan masukkan tentang metode pembelajaran Mind Mapping dengan menyenangkan.
2. Bagi Kepala Sekolah dengan adanya hasil temuan penelitian ini Kepala Sekolah dapat menindaklanju ti tentang hasil temuan ini untuk menentukan kebijakan selanjutnya.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori