BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu
proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok individu dalam
upaya mendewasakan manusia melalui kegiatan pengajaran dan pelatihan. “Sistem
pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global”
(Mulyasa, 2006: 4). Pendidikan di Negara kita saat ini masih belum mencapai
sepenuhnya tujuan pendidikan nasional. Seperti yang dituangkan dalam Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Suatu proses pendidikan akan
terlaksana dengan adanya pendidik dan peserta didik, jika salah satu tidak ada
maka tidak akan tercipta suatu proses pendidikan yang kita kenal sebagai
kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini seorang pendidik mengajarkan apa
yang dia miliki kepada peserta didik dengan berbagai cara dan metode yang
diterapkanya untuk bisa diserap oleh peserta didik dengan baik. Tentunya
seorang pendidik juga harus mengajarkan agar peserta didik mempunyai sikap,
watak, dan kepribadian yang baik, bahakan lebih baik dari sebelumnya. Dengan adanya
pendidik dan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar terciptalah suatu
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran terdiri
dari komponen-komponen penting yang saling berkaitan satu dengan lainya.
Interaksi pendidik dengan peserta didik memegang peranan penting dalam mencapai
tujuan suatu pembelajaran yang diinginkan. Seorang pendidik memiliki
kemungkinan gagal dalam menyampaikan materi di kelas, ini dikarenakan saat
proses belajar mengajar terjadi kurang menarik perhatian dan aktifitas peserta didik
dalam mengikuti pelajaran khususnya pada pelajaran pendidikan agama Kristen.
Terkadang pendidik mengalami kesulitan dalam hal menyampaikan materi kepada
peserta didik, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik pada
pelajaran pendidikan agama Kristen terbilang rendah.
Keberhasilan suatu proses
pembelajaran bisa dilihat dari banyaknya peserta didik yang mampu mengikuti
kegiatan belajar mengajar tersebut. Juga dapat dilihat dari tingkat pemahaman
materi, penguasaan materi, serta hasil belajar peserta didik. Semakin tinggi
tingkat pemahaman, penguasaan materi dan hasil belajar maka semakin tinggi pula
tingkat keberhasilan suatu proses pembelajaran. Seperti halnya yang diutarakan
beberapa siswa di SD, mereka mengatakan
“pendidikan agama Kristen itu membosankan dan kurang menarik” sehingga hasil
belajar pendidikan agama Kristen siswa cenderung kurang maksimal.
Berdasarkan observasi,
pembelajaran pendidikan agama Kristen di SD Swasta ditemukan beberapa kelemahan, diantaranya adalah prestasi belajar yang masih
rendah pada pelajaran pendidikan agama Kristen. Hal ini ditunjukan dengan hasil
belajar matematika siswa di SD Swasta rata-rata
dibawah nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah. Hal tersebut dipengaruhi
oleh fakto-faktor yang mempengaruhi hasil belajar khususnya kelas VI pada
pelajaran pendidikan agama Kristen, diantaranya : 1) hasil belajar siswa dalam
pelajaran pendidikan Agama Kristen yang masih kurang maksimal. 2) siswa jarang
mengajukan pertanyaan, walaupun guru sudah memberikan waktu untuk bertanya
setelah pemberian materi. 3) kurangnya kemauan dalam diri siswa untuk
mengerjakan soal-soal latihan maupun pekerjaan rumah.
Selain faktor dari siswa,
peranan guru juga sangat penting dalam hal ini. Kebanyakan guru di SD masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan metode ceramah khususnya
pelajaran pendidikan agama Kristen, dan mengharapkan siswa duduk, diam, dengan
mencatat dan menghafal rumus- rumus matemtika. Tehnik penyampaian guru yang
tidak efektif dan tidak terstruktur ini membuat siswa sulit untuk memahami apa
yang hendak disampaikan oleh guru tersebut.
Menurut Slameto (2003:35)
“mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru
berhadapan dengan sekelompok siswa, mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan
bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses
pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar
dan bertanggung jawab terhadap diri sendiri, wiraswasta, berpribadi dan moral.”
Pada dasarnya aktifitas dalam pembelajaran meliputi mendengar, menulis,
membaca, mempresentasikan dan diskusi untuk mengkomunikasikan masalah yang
ditemukan. Untuk memaksimalkan hasil belajar siswa, maka diskusi kelompok perlu
diperhatikan dan dikembangkan lebih baik lagi.
Dengan menerapkan diskusi
kelompok diharapkan aspek-aspek komunikasi bisa dikembangkan dan bisa
meningkatkan hasil belajar khususnya pada pelajaran pendidikan agama Kristen.
Dengan hasil belajar yang kurang maksimal, salah satu solusi untuk memecahkan
masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan akan membuat siswa mengikuti
pembelajaran secara aktif dan tanpa paksaan dalam kegiatan belajar mengajar
dengan model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dimana peserta
didik diajak untuk ikut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental
akan tetapi melibatkan fisik juga. Dari sekian banyak model pembelajaran aktif,
salah satunya adalah model pembelajaran snowball throwing yang diharapkan mampu
mengatasi permasalahan di atas.
Model pembelajaran snowball
throwing merupakan suatu cara penyajian dengan kreativitas siswa dalam membuat
soal pendidikan agama Kristen dan menyelesaikan soal yang dibuat oleh temanya
dengan jawaban sebaik mungkin. Penerapan model pembelajaran snowball throwing
dalam pembelajaran pendidikan agama Kristen melibatkan siswa untuk mampu
berperan aktif dengan bimbingan guru tentunya, agar peningkatan kemampuan siswa
dalam memahami konsep ini dapat terarah lebih baik dan tidak terlalu jauh
melenceng dari konsep.
Berdasarkan hal di atas yang
sudah peneliti uraikan, maka peneliti akan menggunakan model pembelajaran Snowball
Throwing sebagai alternative untuk upaya meningkatkan hasil belajar siswa
serta menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, tertarik, bertanggung jawab
dan bersikap positif terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Maka dari itu guru akan
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Terhadap Hasil Belajar
Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas VI SD Swasta Tahun Ajaran 2017/2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah dari PTK ini adalah sebagai berikut: Apakah model
pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar mapel Pendidikan
Agama Kristen materi pokok Hidup Beriman semester ganjil kelas VI SD Swasta tahun
ajaran 2017/ 2018?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a.
Dengan model pembelajaran Snowball Throwing dapat membuat siswa untuk
lebih aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
b. Dengan penerapan model pembelajaran Snowball
Throwing diharapkan hasil belajar Pendidikan Agama Kristen siswa meningkat.
2. Bagi Guru
Dapat mengenalkan suatu
model pembelajaran baru yang dapat diterapkan pada siswa sehingga menambah
variasi dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Kristen.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian bersama
yang diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi Peneliti
- Pelaksanaan materi ini dapat menambah
wawasan baru dalam model pembelajaran Snowball Throwing bisa
digunakan dalam proses mengajar di
masa mendatang.
- PTK ini merupakan persyaratan untuk
kenaikan pangkat dari golongan IIIc ke IIId.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil