Menu

Kamis, 18 Oktober 2018

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE/CRITICAL THINKING (DD/CT) SISWA KELAS VI SD NEGERI TAHUN AJARAN 2016/2017


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Sistem dapat diartikan satu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada tiga ciri utama sistem. Pertama, suatu sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga, untuk menggerakkan fungsi, sistem harus ditunjang oleh berbagai komponen.
Setiap pembelajaran memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Untuk mencapai semua itu perlu adanya model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Menurut Wina Sanjaya, “Proses pembelajaran merupakan sebuah proses komunikasi antara guru dengan siswa melalui bahasa verbalis sebagai media primer dalam penyampaian materi pelajaran.”
Dalam proses belajar mengajar, guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting. Sebab guru masih dianggap sebagai unsur penentu dalam meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang maksimal. Peranan guru, selain mengajar, mendidik, dan melatih siswa, guru hendaknya mampu memberikan motivasi belajar siswa. Di antara usaha munculnya motivasi pada diri siswa banyak dipengaruhi oleh guru dan media pendukung apa yang digunakan dalam pembelajaran.Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. Melalui pendidikan diharapkan harkat dan martabat masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun internasional.
Kualitas pendidikan yang baik berfungsi mendorong perubahan agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan dapat dibentuk manusia yang berakhlak mulia, berilmu, cakap, peka terhadap masalah sosial, serta mampu menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, peningkatan dan penyempurnaan mutu pendidikan senantiasa dilakukan agar menghasilkan manusia yang semakin berkualitas.
Proses belajar mengajar di dalam kelas sangat bergantung dengan bagaimana guru menyajikan pembelajaran tersebut kepada siswa. Jika seorang guru hanya berdiri di depan kelas dengan menyampaikan materi secara verbal tanpa dibantu dengan media pembelajaran yang mampu memvisualisasikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan, maka sangat dimungkinkan siswa akan merasa bosan dan sulit untuk memahami materi dengan baik.
Standar Nasional Pendidikan menjelaskan, terdapat standar proses yang menjadi kegiatan utama dalam meraih ilmu di sekolah. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk giat, serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik dalam menyalurkan bakat, minat dan potensi. Proses tersebut menentukan hasil pembelajaran peserta didik. Selain standar proses, adapula standar tenaga pendidikan. Tenaga pendidik atau guru, merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam proses pembelajaran. Guru menjadi agen perubahan dalam pendidikan khususnya di Indonesia. Guru juga yang menjadi kunci keberhasilan bagi peserta didik dan institusi yang menaungi jabatan atau profesinya. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah yakni faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam diri siswa diantaranya adalah: kecerdasan, bakat, minat, motivasi diri, disiplin diri dan kemandirian.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa adalah dapat berupa lingkungan alam, kondisi sosial, ekonomi, lingkungan sekolah, guru, kurikulum dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang telah disebutkan di atas. Dari faktor-faktor tersebut yang paling menentukan adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri untuk menentukan keberhasilan dalam belajar. Sebab dalam proses belajar adalah siswa tersebut sebagai subyek belajar Dalam hal ini faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar ekonomi siswa adalah penggunaan sumber belajar di sekolah, hal ini meliputi sumber belajar tercetak, non cetak, fasilitas belajar ataupun lingkungan sekolah. Selain itu untuk memperoleh pengalaman dan untuk latihan yang baik diperlukan adanya sumber belajar yang baik. Sumber belajar merupakan sesuatu yang penting karena dapat turut memperlancar proses belajar mengajar (PBM).
Guru bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan siswa. Tanpa disadari faktor penentu keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai pelaku dalam kegiatan belajar. Tanpa kesadaran , kemauan, dan keterlibatan siswa, maka proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam proses belajar mengajar siswa ditutut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki kesadaran, kemauan, dan motivasi dari dalam diri siswa bukan semata-mata tekanan guru maupun pihak lain.
Adanya inovasi-inovasi di bidang pendidikan ini akan memberikan harapan besar bagi peningkatan mutu lulusan pendidikan. Untuk itu dengan adanya inovasi pembelajaran yang berbasis Deep Dialog/Critical Thinking ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sehingga mampu mengangkat nama Indonesia dan membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (Teacher centered approach).
Pendekatan dengan berbasis Deep Dialog/Critical Thinking mampu menjadi penggerak yang unggul untuk membantu peserta didik belajar karena Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan sebelumnya seperti multiple intelligences, belajar aktif, keterampilan proses ataupun Partnership Learning Methode. Dengan begitu, maka guru dapat memberikan variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan monoton.
Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat melatih peserta didik untuk mampu berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional, sehingga dapat meningkatkan peserta didik untuk berfikir mandiri. Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah.
Seperti halnya pelajaran pendidikan agama Kristen, banyak siswa menganggap bahwa mata pelajaran pendidikan agama Kristen adalah mata pelajaran yang penuh dengan hafalan dan membosankan. Kecenderungan ini menyebabkan rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Siswa menjadi pasif, bahkan siswa lebih sering bergurau dan gaduh di dalam kelas. Kemampuan berpikir kritis siswa juga rendah. Siswa hanya sekedar menghafal materi tanpa memiliki keinginan untuk mengemukakan pendapat dan memecahkan masalah pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Kristen berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, maka upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan minat belajar Pendidikan Agama Kristen salah satunya dengan model pembelajaran deep dialogue/ critical thinking. Model pembelajaran deep dialogue/ critical thinking adalah suatu model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Maka dari itu guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Meningkatkan Minat Belajar Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) Siswa Kelas VI SD Negeri  Parlilitan Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah dari PTKl ini adalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran  Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)  dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama kristen siswa kelas VI di SD Negeri tahun ajaran 2016/ 2017?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dengan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
b. Dengan penerapan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diharapkan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Belajar Siswa.
2. Bagi Guru
Dapat mengenalkan suatu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan pada siswa sehingga menambah variasi dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Kristen.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi Peneliti
Pelaksanaan materi ini dapat menambah wawasan baru dalam model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa digunakan dalam  proses mengajar di masa mendatang. Dan PTK ini merupakan persyaratan untuk kenaikan pangkat dari golongan IIId ke IVa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.  Model Deep Dialogue/ Critical Thinking
1.      Pengertian Model Deep Dialogue/ Critical Thinking

Tidak ada komentar:

Posting Komentar