BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan berinteraksi dengan
sumber belajar dan lingkungan. Sistem dapat diartikan satu kesatuan komponen
yang satu sama lain saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Ada tiga
ciri utama sistem. Pertama, suatu sistem memiliki tujuan tertentu; kedua, untuk
mencapai tujuan sebuah sistem memiliki fungsi-fungsi tertentu; ketiga, untuk
menggerakkan fungsi, sistem harus ditunjang oleh berbagai komponen.
Setiap
pembelajaran memiliki tujuan dan fungsi tertentu. Untuk mencapai semua itu
perlu adanya model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dari pembelajaran itu
sendiri. Menurut Wina Sanjaya, “Proses pembelajaran merupakan sebuah proses
komunikasi antara guru dengan siswa melalui bahasa verbalis sebagai media
primer dalam penyampaian materi pelajaran.”
Dalam
proses belajar mengajar, guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling
penting. Sebab guru masih dianggap sebagai unsur penentu dalam meningkatkan
prestasi atau hasil belajar yang maksimal. Peranan guru, selain mengajar,
mendidik, dan melatih siswa, guru hendaknya mampu memberikan motivasi belajar
siswa. Di antara usaha munculnya motivasi pada diri siswa banyak dipengaruhi
oleh guru dan media pendukung apa yang digunakan dalam pembelajaran.Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan
yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan
tujuan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya. Melalui pendidikan
diharapkan harkat dan martabat masyarakat Indonesia dapat
ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun internasional.
Kualitas pendidikan yang baik berfungsi mendorong perubahan agar mutu
kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan dapat dibentuk manusia
yang berakhlak mulia, berilmu, cakap, peka terhadap masalah sosial, serta mampu
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu,
peningkatan dan penyempurnaan mutu pendidikan senantiasa dilakukan agar menghasilkan
manusia yang semakin berkualitas.
Proses
belajar mengajar di dalam kelas sangat bergantung dengan bagaimana guru
menyajikan pembelajaran tersebut kepada siswa. Jika seorang guru hanya berdiri
di depan kelas dengan menyampaikan materi secara verbal tanpa dibantu dengan
media pembelajaran yang mampu memvisualisasikan apa yang sebenarnya ingin
disampaikan, maka sangat dimungkinkan siswa akan merasa bosan dan sulit untuk
memahami materi dengan baik.
Standar
Nasional Pendidikan menjelaskan, terdapat standar proses yang menjadi kegiatan
utama dalam meraih ilmu di sekolah. Proses pembelajaran
diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, memotivasi peserta didik untuk
giat, serta memberikan ruang yang cukup bagi peserta didik dalam menyalurkan
bakat, minat dan potensi. Proses tersebut menentukan hasil pembelajaran peserta
didik. Selain standar proses, adapula standar tenaga pendidikan. Tenaga
pendidik atau guru, merupakan salah satu kunci kesuksesan dalam proses
pembelajaran. Guru menjadi agen perubahan dalam pendidikan khususnya di
Indonesia. Guru juga yang menjadi kunci keberhasilan bagi peserta didik dan
institusi yang menaungi jabatan atau profesinya. Keberhasilan belajar siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah yakni faktor dari dalam
diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari
dalam diri siswa diantaranya adalah: kecerdasan, bakat, minat, motivasi diri,
disiplin diri dan kemandirian.
Sedangkan
faktor dari luar diri siswa adalah dapat berupa lingkungan alam, kondisi
sosial, ekonomi, lingkungan sekolah, guru, kurikulum dan sebagainya. Jadi,
dalam hal ini rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang telah disebutkan di atas. Dari faktor-faktor tersebut yang paling
menentukan adalah faktor dari dalam diri siswa itu sendiri untuk menentukan
keberhasilan dalam belajar. Sebab dalam proses belajar adalah siswa tersebut
sebagai subyek belajar Dalam hal ini faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar ekonomi siswa adalah penggunaan sumber belajar di sekolah, hal
ini meliputi sumber belajar tercetak, non cetak, fasilitas belajar ataupun
lingkungan sekolah. Selain itu untuk memperoleh pengalaman dan untuk latihan
yang baik diperlukan adanya sumber belajar yang baik. Sumber belajar merupakan
sesuatu yang penting karena dapat turut memperlancar proses belajar mengajar
(PBM).
Guru
bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan siswa. Tanpa disadari faktor penentu
keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah siswa sebagai pelaku dalam
kegiatan belajar. Tanpa kesadaran , kemauan, dan keterlibatan siswa, maka
proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Dengan demikian dalam proses belajar
mengajar siswa ditutut memiliki sikap mandiri, artinya siswa perlu memiliki
kesadaran, kemauan, dan motivasi dari dalam diri siswa bukan semata-mata
tekanan guru maupun pihak lain.
Adanya
inovasi-inovasi di bidang pendidikan ini akan memberikan harapan besar bagi
peningkatan mutu lulusan pendidikan. Untuk itu dengan adanya inovasi
pembelajaran yang berbasis Deep Dialog/Critical Thinking ini diharapkan mampu
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia sehingga mampu
mengangkat nama Indonesia dan membawa Indonesia menjadi negara yang lebih maju.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoritis tertentu. Pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student
centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (Teacher centered approach).
Pendekatan
dengan berbasis Deep Dialog/Critical Thinking mampu menjadi penggerak yang
unggul untuk membantu peserta didik belajar karena Deep Dialogue/Critical
Thinking (DD/CT) menggunakan semua metode pembelajaran yang telah digunakan
sebelumnya seperti multiple intelligences, belajar aktif, keterampilan proses
ataupun Partnership Learning Methode. Dengan begitu, maka guru dapat memberikan
variasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik tidak merasa bosan dan
monoton.
Pembelajaran
Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat melatih peserta didik untuk mampu
berpikir kritis dan imajinatif, menggunakan logika, menganalisis fakta-fakta
dan melahirkan imajinatif atas ide-ide lokal dan tradisional, sehingga dapat
meningkatkan peserta didik untuk berfikir mandiri. Deep Dialogue/Critical
Thinking (DD/CT) menekankan pada nilai, sikap, kepribadian, mental, emosional
dan spiritual sehingga peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bergairah.
Seperti halnya pelajaran pendidikan agama Kristen, banyak siswa
menganggap bahwa mata pelajaran pendidikan agama Kristen adalah mata pelajaran
yang penuh dengan hafalan dan membosankan. Kecenderungan ini menyebabkan
rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Siswa
menjadi pasif, bahkan siswa lebih sering bergurau dan gaduh di dalam kelas.
Kemampuan berpikir kritis siswa juga rendah. Siswa hanya sekedar menghafal
materi tanpa memiliki keinginan untuk mengemukakan pendapat dan memecahkan
masalah pada saat pembelajaran Pendidikan Agama Kristen berlangsung.
Berdasarkan uraian di atas, maka upaya meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan minat belajar Pendidikan Agama Kristen salah satunya dengan model
pembelajaran deep dialogue/ critical thinking. Model pembelajaran deep dialogue/ critical thinking adalah
suatu model pembelajaran yang tepat
untuk diterapkan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen.
Maka dari itu guru melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”
Meningkatkan Minat Belajar Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) Siswa Kelas VI SD Negeri Parlilitan Tahun Ajaran 2016/2017”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan
masalah dari PTKl ini adalah sebagai berikut: Apakah model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama
kristen siswa kelas VI di SD Negeri tahun
ajaran 2016/ 2017?
C. Tujuan Dan
Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
a. Dengan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.
b. Dengan penerapan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) diharapkan Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Minat Belajar Siswa.
2. Bagi Guru
Dapat mengenalkan suatu model pembelajaran baru yang dapat diterapkan
pada siswa sehingga menambah variasi dalam penyampaian materi Pendidikan Agama
Kristen.
3. Bagi Sekolah
Sebagai bahan kajian bersama yang diharapkan dapat meningkatkan mutu
sekolah yang bersangkutan.
4. Bagi Peneliti
Pelaksanaan materi ini dapat menambah wawasan baru dalam model
pembelajaran Deep
Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) bisa digunakan dalam proses mengajar
di masa mendatang. Dan PTK ini merupakan persyaratan untuk kenaikan pangkat
dari golongan IIId ke IVa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Deep Dialogue/ Critical Thinking
1. Pengertian Model Deep Dialogue/ Critical Thinking
Tidak ada komentar:
Posting Komentar